Oleh: Stefanus Akim
Martin Siregar, adalah seorang aktivis NGO di sejumlah tempat. Mulai dari Medan, Jakarta hingga Pontianak. Ia lebih memilih dunia per-LSM-an dibandingkan dunia lain yang sesuai dengan ijazah sarjana muda yang dikantonginya.
Istriku, adalah buku kumpulan cerita pendek Martin Siregar seputar kehidupan kesehariannya bersama sang istri dan anaknya. Ia juga bercerita soal perjalanan kehidupan keseharian Martin maupun istri serta para tetangga. Termasuk persoalan sosial, keagamaan, pekerjaan, aktivitas sosial dan lain sebagainya.
Buku ini diterbitkan elpesair Pontianak. Disunting Faisal Reza, korektor Bahasa [P.Lucius] Ginting [OFM Cap] dengan tata letak Hasymi Rinaldi, desain & cover Ade Riyanto. Buku yang diterbitkan Mei 2003 ini berisi 126 halaman.
Buku ini terdiri dari 10 cerpen dengan tema yang berbeda. Seperti siklus kehidupan umumnya, penulis memaparkan mulai dari kehidupan dirinya dan keluarga baru mereka secara berurutan. Dengan kritis, Martin berhasil menyembunyikan kritik sosial yang ia lakukan lewat karyanya ini.
Kehidupan sehari-hari yang biasa-biasa saja menjadi menarik di tangan Martin. Misalnya kisah soal Sepeda si Jati. Ia berhasil membungkus bagaimana hubungan kekeluargaan sebaiknya dilakukan. Bagaimana ia membungkus hubungan kekeluargaan Batak. Termasuk isu ’membeli marga’ yang santer di Borneo Barat jika terjadi perkawinan antara orang Batak dan non Batak. Ternyata ’membeli marga’ bukan seperti yang orang luar pikirkan selama ini, membutuhkan biaya besar dan sulit. Untuk ritual ini cukup sederhana, hanya jika mampu apa salahnya.
Secara keseluruhan cerpen yang diterbitkan elpesair (LPS-AIR) sangat menarik untuk dibaca dan dikoleksi. Hanya saja mungkin yang agak mengganggu pada bagian pengantar penerbit yang mempertanyakan apakah cerpen masuk dalam karya jurnalistik atau bukan. ”Ada semacam perdebatan yang tak pernah henti untuk mengatakan apakah cerita pendek adalah juga buah karya Jurnalistik. Ada banyak alasan untuk dapat diperdebatkan,” bunyi kata pengantar tersebut.
Namun sesungguhnya menurut saya ada garis yang tegas membedakan antara karya jurnalistik dan karya fiksi yang di dalamnya termasuk cerpen, novel atau roman. Garis tegas itu adalah fakta, jika karya jurnalistik menyucikan fakta maka karya fiksi tidak. Tokoh, temapat, alur cerita dan sebagainya boleh anonim untuk fiksi namun tidak boleh sama sekali untuk karya jurnalistik.
Soal penyajian, karya jurnalistik boleh saja seperti pembuatan novel (narrativ reporting). Namun sekali lagi bahwa fakta adalah sakral, fakta adalah kudus untuk dunia para juru kabar.
Apakah kumpulan cerpen Istriku karya Martin Siregar termasuk jurnalistik atau fiksi? Jawabannya bisa ia bisa juga tidak. Tentu saja landasan tolok ukurnya adalah fakta itu tadi.
Kita tentu saja masih ingat sembilan elemen jurnalistik yang diajarkan Bill Kovach dan Tom Rosenstiel. Elemen tersebut adalah kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran, loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada masyarakat, intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi. Selanjutnya praktisi jurnalisme harus menjaga independensi terhadap sumber berita, jurnalisme harus menjadi pemantau kekuasaan (watch dog), jurnalisme harus menyediakan forum kritik maupun dukungan masyarakat, jurnalisme harus berupaya keras untuk membuat hal yang penting menarik dan relevan dan jurnalisme harus menyiarkan berita komprehensif dan proporsional serta praktisi jurnalisme harus diperbolehkan mengikuti hati nurani.
Saya ingin tanyakan langsung itu pada si bos, panggilan akrab Martin Siregar. Namun saya tak bisa kontak dirinya. Ia kini sudah kembali ke Medan dan menetap sana pula. Tentu saja bersama istrinya, orang Dayak kelahiran Bodok Kabupaten Sanggau serta anaknya.
Jika pun buku ini bukan karya jurnalistik karena ada beberapa fakta yang tak relevan (anonim) misalnya. Namun karya ini memang bukan cerpen konvensional (unkonvensional). Buku ini bukan seperti cerpen kebanyakan.
Akhirnya, selamat bergulat dengan pemikiran, selamat berdiskusi untuk mencari. Sebab, itulah yang diinginkan penulis. Seperti tabiatnya selama ini, berdiskusi, berdiskusi dan berdiskusi.□
*Edisi Cetak Borneo Tribune 7 Oktober 2007
Data Buku:
Judul Buku : Istriku
Pengarang : Martin Siregar
Penyunting : Faisal Reza
Korektor Bahasa : Ginting
Tata Letak : Hasymi Rinaldi
Desain & Cover : Ade Riyanto
Penerbit : elpesair Pontianak
Cetakan pertama : Mei 2003, viii + 126 halaman
Cerpen Unkonvensional
di 10:45 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 komentar:
Wah, si Martin bikin kumpulan cerpen yah.. Hebat juga kawan itu. Obsesinya buat buku akhirnya tercapai juga, dan selamat buat kawan2 LPS Air yang telah mewujudkan mimpi dia. Hubunganku dengan si Boss ini warna-warni.. Hahahah! Si Boss ini adik kandung Bang Liston (http://www.ceritanet.com/) dan beberapa cerpen si Martin juga ada di web ini pak!
Yah, itulah...buku itu udah lama sebenarnya dikasi ke aku sama budak-budak tuh. Sebelum si bos berangkat ke medan. Asik dengan beliau tuh, dulu waktu di miun sering datang.
Kini saya kehilangan kontak. syuku abang berikan alamat abangnya, nanti akan saya kontak beliau.
Dan, cerpennya ini memang luar biasa. Jika ini fakta tak ada sedikitpun fiksi di dalamnya, maka sebenarnya ia (cerpen) adalah karya jurnalistik. Mungkin ini karya jurnalisme sastrawi pertama di Kalbar yang dibukukan.
Atau setidaknya, ini adalah jurnalisme orang biasa atau citizen journalism.
Tabik,
bah, selamat bos, dah kelar cerpen mu. gimana dengan falun gong dan kundalininya?
akh, si bos ini memang semangat kali menulisnya dan pasti siapa pun yang pernah kenal apalagi dekat, barang tentu dimotivasinya menulis.
sekitar 1tahun bersama di rantauprapat, banyak pelajaran dari dia, orang yang kental dengan ruang emosional. itu lah yang buat tulisannya mampu membawa pembaca hanyut dalam alur yang dia ciptakan. karyanya, banyak fiksinya,...
salam hangat saudara tua,..
Oke makasih banyak kawan, aku harap pada buku kedua nanti semakin semarak rubrik ini
Martn Siregar
Post a Comment