Oleh: Herkulanus Agus
Niat SMA Santo Paulus Pontianak untuk membimbing siswanya meraih prestasi dalam semua bidang bukan hanya semboyan. Terbukti bulan bahasa Oktober ini tidak disia-siakan. Kreativitas mereka munculkan lewat Pendidikan Kilat (Diklat) Jurnalistik yang merupakan kerja sama dengan harian Borneo Tribune. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 3 hari, yaitu 18, 19 dan 20 Oktober 2007.
“Kita berharap acara ini bisa memberikan bekal bagi siswa-siswi, khususnya yang ikut ekstra Varia,” ungkap Kepala SMA Santo Paulus Pontianak Drs. Raden Yusepha ketika membuka kegiatan secara resmi di ruang perpustakaan SMA Santo Paulus, Kamis (18/10) kemarin.
Ia berharap dengan dilaksanakan Diklat jurnalistik bisa membuka wacana berpikir siswa, khususnya redaksi majalah varia. Sebab beberapa tahun terakhir media tersebut sempat vakum.
“Baru beberapa bulan kemarin Varia beroperasi kembali, sehingga perlu terus dihidupkan dengan motivasi,” terangnya.
Kegiatan Diklat Jurnalistik mendapat tanggapan positif dari para pemateri hari pertama. Muklis Suhaeri, Tanto Yakobus, Stefanus Akim dan Herkulanus Agus.
Menurut Stefanus Akim yang memberikan materi jurnalistik dasar. Cukup banyak tahapan yang mesti dilalui dan perlu dipahami dari para calon reporter terutama dari teori. Akim panggilan akrabnya menyampaikan apa arti jurnalistik, bagaimana cara bekerja jurnalistik, teori dasar jurnaliastik, 5 W + I H, hingga contoh-contoh lead. Teori yang disampaikan melalui proyektor tidak menyita waktu lama. Sebab siswa diberikan kesempatan yang luas untuk bertanya mengulas tentang dunia wartawan. Pola mendidik orang dewasa diterapkan saat itu. Bagi yang ingin tahu banyak tentang jurnalistik tentu berusaha menggali lewat pertanyaan.
Misalnya Diana Wong yang meminta tanggapan tentang minimnya orang tertarik menjadi wartawan. Mahesa Romulo yang berpandangan tugas jurnalistik suka mencampuri orang lain. Niko tentang tugas peliputan di medan perang dan resikonya. Hilaria tingkatan dan jenjang wartawan. Meliani dan Lidia tentang kesan dan pengalaman selama menjadi wartawan serta Ida S motivasi menjadi wartawan.
Dengan dibukanya dialog, siswa-siswi lebih tertarik menyampaikan pandangannya terhadap dunia jurnalistik yang mereka lihat. Dunia jurnalistik yang masih sangat awam bagi orang banyak. Secara bergantian Stefanus Akim, Muhlis Suhaeri dan Tanto menjawab pertanyaan.
Menurut Tanto jurnalis dilindungi oleh undang-undang di dalam melaksanakan tugasnya. Memberikan hak publik untuk ingin tahu. Termasuk aktivitas pejabat publik, tindak tanduk serta figurnya ketika memimpin. Pejabat publik mempunyai nilai berita yang lebih besar dari masyarakat biasa. Misalnya ketika gubernur digigit anjing, tentu berbeda jika yang digigit anjing orang biasa.
Muklis si penulis buku Bejamin S dan Novel tanpa huruf R, bercerita banyak tentang penulis-penulis yang sukses. “Kunci menulis awalnya adalah membaca, dengan membaca orang tentu lebih berwawasan dan wawasan itu dituangkan dalam bentuk tulisan,’ paparnya.
Muklis juga menjelaskan tugas seorang jurnalis di medan perang.
“Jurnalis harus pandai melindungi dirinya, tahu menempatkan kondisi. Itulah salah satu jurus ampuh,” terang penulis yang sudah banyak makan asam garam.
Para pemateri juga mengungkapkan suka duka menjadi wartawan. Bisa keliling dari wilayah lokal hingga luar negeri. Pekerjaan jurnalis adalah profesi yang penuh tantangan. Setelah mendapatkan teori siswa diwajibkan untuk menulis. Pengalaman pribadi, pengalaman di sekolah yang akan di koreksi hari ini, oleh pemeteri Asriyadi Alexander Mering.
Guru Bahasa Indonesia Bruder Gerardus, MTB dan Wakasek Kesiswaan SMA Santo Paulus Drs. Arif Budi Putranto, berharap kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat bagi siswa. Agar siswa mempunyai bekal di dalam tulis menulis.
“Kita juga ingin belajar lebih jauh di Borneo Tribune termasuk semua prosesnya,” papar Bruder Gerar bersemangat.
*Edisi Cetak Borneo Tribune 19 Oktober 2007
Bulan Bahasa, SMA Santo Paulus Pontianak Gelar Diklat Jurnalistik
di 12:44 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment