Selamat Jalan Pastor Johan

"RIP Pater Vigilius Johan OFM Cap tgl 12 Nov 2014 jam 2 dinihari di Ja - Teng. Jenasah akan dibawa ke Pontianak."

Status BlackBerry Messenger Pastor Egi OFM Cap tadi pagi membuat saya kaget.

Saya kenal dengan orang yang dimaksudkan Pater Egi. Tahun 1993 ketika saya masuk Wisma Widya, asrama Seminari St Paulus Nyarumkop di Singkawang, Pastor Vigilius Johan OFM menjabat sebagai pembina asrama kami. Sebagai pembina asrama tentu saja Pastor Johan - begitu kami memanggilnya - setiap hari berhubungan dengan kami. Mulai pukul 04.00 WIB subuh, Pastor Johan sudah membunyikan bel listrik dari kamar sederhana berukuran sekitar 3x4 meter. Kami para siswa seminari tidur di loteng yang jumlahnya sekitar 100 lebih. Di pojok loteng itulah kamar Pastor Johan nyempil. Bel yang beliau bunyikan tentu saja membuat di antara kami menggeruti. Apalagi suasana di asrama yang tak jauh dari kaki gunung poteng itu sangat dingin. 

Pukul 04 subuh tentu saja masih enak tidur dan masih ingin menarik selimut. Meski bel sudah berkali-kali dibunyikan tetap saja ada yang belum bangun. Pastor Johan kemudian menyalakan lampu sehingga ruangan itu terang-benderang. Meski begitu tetap saja ada beberapa yang masih belum bangun :) Pastor Johan mulai senam dekat ranjang, mau tak mau semua pada bangun. Doa pagi dimulai...kadang tidak jelas apa yang kami ucapkan. Sekilas seperti suara lebah saja. 

Air Sungai Sekabu yang dialirkan ke bak mandi ukuran raksasa meluap karena kepenuhan. Air itu dingin, apalagi tadi malam hujan teras. Di antara kami masih ada yang ogah-ogahan mandi, Pastor Johan mondar-mandir. 

 "Mandi lagi," perintahnya. 

Pukul 05.00 misa pagi dimulai di kapel kecil berjarak sekitar 10 meter dari asrama. Posisinya di atas bukit kecil, di kiri-kanan ada bunga, lapangan dengan rumput yang hijau, ada pula lapangan voli. Bangunan dan taman itu mengikuti kontur tanah. Ada tangga dari semen menuju samping kapel itu, ada pula tangga tanah di depan kapel. 

Pagi itu burung gereja yang bersarang di sisi luar kapel sudah riuh. Pastor Johan yang selalu menggunakan jubah cokelat capusin-nya ketika misa atau ibadah sudah masuk 10 menit sebelum pukul 05.00. Dia duduk di bangku barisan belakang. Berlutut, tangan dikepalkan dan hening. Jarang kami melihat ia terlambat, jarang pula kami melihat dia meninggalkan jubahnya saat masuk ke kapel. 

 "Tuliskan lah doa mu setiap pagi untuk siapa dan apa. Jangan lupakan doa untuk orangtua," kata Johan suatu ketika. 

Pukul 05.30 misa selesai. Di antara kami ada yang bertugas mengambil bubur di dapur umum. Ukurannya dandangnya besar, sekitar 30-50 liter dan ada 4 dandang besar. Kemudian ada yang bertugas membagikan bubur di dalam baskom, selanjutnya disimpan di meja masing-masing sesuai kelompok. 

"Kring...kring...kring." Pastor Johan mulai membunyikan bel. Pukul 06.00 semua masuk ruang makan dan duduk di meja masing-masing. 

"Kring...kring...kring." Seorang di antara kami mendapat tugas memimpin doa. Ada yang suka jahil, doanya dipanjang- panjangkan dan membuat jengkel. Ada pula yang berdoa pendek-pendek supaya cepat-cepat sarapan. 

Di sela-sela sarapan pagi, Pastor Johan membawa setumpuk surat. Yang paling ditunggu-tunggu tentu saja Wesel Pos, sebab isinya uang kiriman dari orangtua di kampung. Satu persatu nama dipanggil dan maju ke depan...yang belum dipanggil hanya senyum-senyum, semoga besok kiriman wessel gak terlambat. 

Dua puluh menit kemudian sarapan pagi selesai. Usai beres- beres, kami bergegas menuju sekolah. Sekolah masih satu lingkungan dengan asrama, cukup berjalan kaki sekitar 200 meter. Bangunan asrama dan sekolah dihubungkan jalan yang di semen, di antaranya ada sedikit mendaki. 

Dalam sepekan, dua kali kami beres-beres asrama. Pekerjaannya dibagi. Mulai mencari rumput untuk sapi pastoran, membersihkan kamar mandi, loteng tempat tidur, menebas rumput halaman dan jalan, membersihkan kapel, hingga ruang makan. Pastor Johan juga ikut bersih-bersih, ia juga sama seperti kami. Usai sekolah kami makan siang, kemudian tidur siang. 

Pukul 14.00 bangun dan biasanya olahraga. Ada pula jadwal ekstra kulikuler. Pukul 18.00 jadwal makan malam. Ada jeda sampai pukul 19.00 untuk nonton televisi. Setelahnya jam wajib belajar sampai pukul 21.00. Pastor Johan inspeksi mengawasi ruangan tempat kami belajar. Usai belajar ditutup dengan doa malam di kapel sekitar 10 menit. 

Malam diakhiri dengan acara nonton televisi di ruang rekreasi atau ngobrol, main gitar, atau kegiatan lain. Pukul 22.00, jadwal tidur. Televisi yang umumnya siaran TV3 Malaysia dimatikan. Mister Os dan P Ramlee menjadi tontonan favorit. Di antara kami ada yang bertugas sebagai pemegang gembok televisi. 

Pastor Johan menemani hari-hari kami. Kadang ada jadwal untuk berkonsultasi pribadi. Dia menyediakan dirinya untuk menjadi teman, abang, pastor, bahkan ayah bagi kami. 

Satu yang tak bisa dilupakan Pastor Johan sangat disiplin. Di luar itu, Pastor Johan ternyata cerdas. Nilainya di kampus selalu A. Namun ia cenderung tak menonjolkan diri. 

Sejak meninggalkan Wisma Widya tahun 1996, saya tak pernah lagi bertemu Pastor Johan. Tiba-tiba mendapat kabar dia sudah wafat. Selamat jalan Pastor...Yesus menjagamu. Terimakasih sudah mengajari kami untuk disiplin, bekerja keras, berani menggantungkan cita-cita, dan belajar menghargai perbedaan. *

[ read the rest of this entry » ]

Wednesday, November 12, 2014 |