Liburan dan Kampanye Via SMS

Tadi siang sekitar pukul 11.00 WIB, aku menjemput kedua anakku Alicia dan Gagas yang sekolah di SD Bruder Melati.

Tiba di pintu gerbang sekolah yang pagarnya bersebelahan dengan Gereja Katedral St Yosef itu, aku lihat keduanya sedang asik bermain bersama teman-temannya yang juga menunggu jemputan. Melihat aku datang, Gagas yang kadang kami panggil Lilo berlari menghampiri.

“Pak besok aku libur. Sampai hari Senin, jadi lima hari,” katanya.

“O...ya,” kataku singkat.

Tak berapa lama kami bertiga sudah meninggalkan sekolahan yang mulai sepi itu. Melewati jalan AR Hakim antara Stadion PSP yang tahun 2004 berganti nama menjadi Keboen Sajok dan Kerkhof atau kuburan Belanda. Tapi tunggu dulu, di situ ternyata tak hanya orang Belanda yang umumnya misionaris Katolik yang dimakamkan. Terdapat juga sejumlah nama orang Tionghoa. Itu dapat dilihat dari nama, serta ejaannya. Bahkan mungkin lebih banyak orang Tionghoa dimakamkan di lokasi itu. Pagar makam ini bersebelahan dengan biara suster SFIC.

Sekitar 20 menit kami tiba di rumah. Dari obrolan sepanjang perjalanan bersama Alicia dan Gagas aku tahu cukup banyak waktu kami bersam auntuk di rumah. Memang selama ini kesibukan pekerjaan membuat waktu untuk mereka berdua sedikit sekali. Apalagi ibunya juga bekerja.

Liburan pemilihan umum kali ini yang jatuh 9 April serta Tri Hari Suci Umat Katolik akan aku pergunakan sebaik-baiknya untuk mereka.

Memang, hari-hari menjelang pemilihan umum banyak sekali sort message service (SMS) yang masuk ke handphone-ku. Isinya ada menyatakan minta dukungan agar dipilih sebagai anggota dewan, ada yang minta doa restu. Di antaranya ada teman-teman lama juga.*

[ read the rest of this entry » ]

Thursday, April 9, 2009 |