Sepeda Listrik Mengapa Tidak

Di tengah isu global warming atau pemanasan global yang melanda dunia, menggunakan sepeda mungkin satu di antara banyak pilihan. Sayangnya, menggunakan kendaraan yang juga sering disebut kereta angin membuat mobilitas kita terbatas. Apa lagi jika memang hidup di ‘jalan’.

Pilihan lain mungkin bisa jatuh kepada sepeda listrik. Terutama jika tinggal di kota kecil, di mana kendaraan bermotor masih belum banyak dan jarak tempuh juga pendek.

Setelah search di internet aku menemukan sejumlah situs yang menjual sepeda listrik. Di antaranya: Trekko, Betrix,
Xelimo, Electric-Bicycle , Sepeda Listrik, Maxbright, Electric-Bikes, dan
Metaefficient.

Tentu saja, selain tak menggunakan bahan bakar fosil, bersepeda juga menyehatkan. Begitu pun dengan sepeda listrik.

Hm...pengen juga sih punya. Tapi sayang belum ada budget untuk itu. Setidaknya jika menggunakan sepeda, sedikit ramah untuk lingkungan.

[ read the rest of this entry » ]

Friday, July 11, 2008 |

Koran Edisi Cetak di Komputer



SIAPA pun pasti akan menggerutu ketika koran datang terlambat. Apa lagi harus buru-buru berangkat ke tempat kerja. Atau, koran datang pagi, namun kondisinya sudah kusam karena tersiram air hujan.

Kondisi seperti itu ke depan sepertinya tak akan lagi menjadi persoalan. Terutama ketika Kontan, memelopori membuat terobosan dengan membuat koran digital pada Rabu 2 Juli 2008. Hari berikutnya, Kamis 3 Juli 2008 giliran Kompas membuat ePaper Kompas atau koran digital.

Format koran digital beda dengan format web. Di web kita hanya menikmati tulisan atau gambar yang layout-nya berbeda dengan versi cetak, namun di versi koran digital kita melihat utuh lembaran koran. Tentu saja, jika kita mengakses internet.



Pada model ini, apa yang ada dalam versi cetak ada dalam versi digital, termasuk iklan. Dengan munculnya koran digital, kayaknya tak perlu lagi berlangganan koran versi cetak. Apa lagi jika menunggu siang baru bisa baca koran.

Meski demikian, format ini bukan tak ada kelemahan. Kekurangan pertama yang saya rasakan loadingnya masih agak lama tak secepat kala kita membuka web. Kelemahan berikutnya, saat dibuka hanya ada dua pilihan tampilan, tampilan besar atau kecil. Belum dibuat format tampilan koran seukuran layar komputer. Namun, secara umum pembaca sangat dimanjakan dengan versi tersebut. Apa lagi tampilannya benar-benar jernih dan enak dilihat.

Setakat ini, minimal hingga tulisan ini dibuat kedua koran yang berada dalam satu atap itu masih menggratiskan para pembacanya. Sayang, masih belum di-update, sehingga masih tampilan hari sebelumnya.

Tahun ini, megaportal Kompas memang sangat memanjakan pembacanya. Semua rubrikasi ada, mulai dari gaya hidup, olahraga, kriminal hingga citizen journalism berikut grupnya. Di Indonesia, Kompas lah yang mengintregritaskan semuanya dalam satu situs besar.*

[ read the rest of this entry » ]

Saturday, July 5, 2008 |

Kisah Anak Belitong Difilmkan

Buku laris ‘Laskar Pelangi’ karya Andrea Hirata akan difilmkan. Selama ini aku hanya membaca di situs-situs, di antaranya Kapanlagi dan Gatra, tak sengaja tadi pagi menonton tayangan ‘Selamat Pagi’ TransTV yang mengupas proses pembuatan film tersebut.

Andrea Hirata hadir pada acara yang dipandu Desy Ratnasari dan Adi Nugroho itu. Tentu saja dengan pakaian khas, menggunakan topi. “Buku ini membangunkan spirit bangsa, jadi kita akan membuatnya dalam layar lebar,” kata Mira Lesmana, produser, pada tayangan tersebut.

Andrea Hirata sangat mendukung pembuatan film ini. “Bukan karena alasan komersial, tapi saya percaya visi Mira Lesmana dan Riri Riza (sutradara),” kata Andrea saat diwawancarai Desi dan Adi.

Ia mengaku selama ini memang banyak sekali respon terkait rencana pembuatan film tersebut. Ada yang mendukung, namun banyak pula yang menolak. Alasannya, khawatir apa yang ditulis tak sama ketika divisualisasikan. Imajinasi pembaca akan berantakan ketika menyaksikan audio visul. Tapi, ia punya jawaban sendiri, “Masing-masing punya kekuatan sendiri,” kata Andrea.

Di majalah Gatra Andrea mengatakan, mudah-mudahan filmnya tak sama dengan bukunya. “Kalau sama untuk apa dibuat film,” kata dia.

Andrea juga membebaskan kru film untuk berkreasi. “Saya dukung penuh untuk semua yang terlibat,” lanjut dia.

Laskar Pelangi sendiri merupakan kisah 10 anak Pulau Belitong yang diindonesiakan menjadi Belitung. Andrea termasuk dalam cerita tersebut, yang belajar di sebuah SMP Muhammadiyah. “Cerita ini terinspirasi dari seorang ibu guru, Bu Muslimah, yang mengabdikan diri,” ujar pegawai Telkom di Bandung.

Lokasi shooting Laskar Pelangi dibuat di Tanjung Kelayang, Belitung Barat. Sejumlah penduduk lokal, terutama anak-anak main dalam film tersebut. Kru film juga membangun sekolah persis sama seperti dalam kisah yang berlatar tahun 80-an itu.

Film yang diproduksi Miles Films bekerjasama dengan Mizan Cinema Production, B Edutainment dan Iluni UI ini juga didukung nama-nama beken, di antaranya: Cut Mini, Ikranegara, Lukman Sardi, Ario Bayu, Tora Sudiro, Slamet Rahardjo, Alex Komang, Mathias Muchus, Rieke Diah Pitaloka, Robbie Tumewu, Jajang C Noer dan Teuku Rifnu Wikana yang akan berkolaborasi dengan 12 anak asli Belitung.

Saya tak sabar menyaksikan hasil akhir yang kabarnya akan tayang perdana sekitar Idul Fitri tahun ini. Namun, satu hal yang membuat aku agak sedih. Buku Laskar Pelangi milikku yang dikirimi penerbit Bentang Pustaka, sebagai ‘hadiah’ atas meresensi buku sampai sekarang tak berada di rak buku. Seorang teman meminjamnya dan belum mengembalikan. “Tolong segera kembalikan ya. He....”*

[ read the rest of this entry » ]

Friday, July 4, 2008 |