Judul : Kisah-Kisah Cinta Ganjil
Pengarang : Milan Kundera, Gabriel Garcia Marquez, Alicia Munro dan Naoya Shiga
Editor : Yusi Avianto Pareanom
Penerbit : Banana Publisher; Depok 2005; 202 halaman; 17 cm
Jenis buku : Fiksi (kumpulan cerpen)
Peresensi : Stefanus Akim
Banana Publisher tampaknya sudah ‘menobatkan diri’ sebagai sebuah penerbitan yang berkosentrasi pada buku yang menampilkan tokoh yang bergerak, gelisah, dan mencari atau kisah-kisah ganjil yang menggelitik untuk dibaca. Setidaknya terlihat dari sejumlah buku yang saya lihat. Baca dan koleksi. Yusi Avianto Pareanom, seorang penulis yang menjadi editor terus mengikat pembaca untuk tak segera melepaskan buku sebelum bahan bacaan habis. Yusi berujar, “Benang merahnya: semuanya menampilkan tokoh yang bergerak, gelisah, dan mencari, apa pun itu.” tulis Laila Citra Nirmala dalam situsnya soal buku-buku yang diterbitkan Banana Publisher. Kekhasan kata-kata atau kalimat per kalimat ditampilkan apa adanya tanpa sungkan dan ragu oleh editor.
”Mintalah pada si sundal tua itu. Jangan terlalu dipikirkan, pergi dan bicaralah kepadanya. Tentu saja dia babi, tapi aku percaya bahkan dalam diri makhluk semacam itu ada nurani. Justru karena dulu dia semena-semena kepadaku, mungkin kini dia akan gembira jika kau mengizinkannya untuk menebus kesalahan di masa lalu.” Kalimat itu lugas, keluar dari mulut kakak Edward.
Buku ini merupakan kumpulan cerpen dari empat pengarang dengan latar belakang negara, maupun ideologi yang berbeda. Edward dan Tuhan; karya Milan Kundera, mengisahkan kegelisahan seorang guru akan kepercayaan yang diyakininya. Cerpen ini berlatar belakang rezim komunis pada tahun 1960-an dan diambil dari kumpulan cerpennya, Laughable Loves (Smisnelasky).
Milan Kindera, adalah seorang sastrawan kelahiran Chekoslowakia yang tinggal di Prancis sejak tahun 1975. Salah satu ciri novelnya adalah permainan bentuk, khususnya sisipan-sisipan esai-esai politik dan filosofis ke dalam cerita.
Dikisahkan, Edward mendekati Alicia dengan tujuan untuk menikmati tubuh ranum gadis itu. Edward seorang atheis sementara Alicia seorang Kristen yang fanatik. Agama di Cheko saat itu-tahun 1960an-dianggap sebagai sebuah budaya kuno dari abad pertengahan. Di sisi lain ia mengejar Alicia mati-matian, hatinya sudah terpikat dengan gadis itu. Konflik justru terjadi di sini, sebagai guru ia harus bisa menjadi tokoh yang ditiru. Termasuk soal kepercayaan. Namun disisi lain ia harus menaklukkan Alicia termasuk mengikuti ’gaya hidup’nya.
Kisah kedua disajikan oleh Alice Munro, sastrawan mumpuni dari Kanada. Cerpen ini berjudul ’Bagaimana Aku Bertemu Suamiku’. Kisah ini berlatar tahun 1920-an. Dimana saat itu para pemuda di Amerika Utara tergila-gila pada pesawat terbang.
Selanjutnya ’Pertemuan Agustus’, karya Gabriel García Márquez. Ia adalah sastrawan dari Kolombia dan memenangi hadiah Nobel untuk karya sastra tahun 1982. Banyak cerita novel dan cerpennya yang terkenal dan menggunakan gaya ’realise magis’. Ia juga menulis karya-karya jurnalistik dan fiksi realis yang kuat.
Banana Pubilsher juga menampilkan pengarang dari negeri sakura-Jepang- Shiga Naoya (1883-1971). Judulnya asing di telinga kita ’Kuniko’. Yusi menulis karya yang diterbitkan tahun 1971 ini menandai masa kematangan kepenulisannya. Tulisan ini dbuat dengan gaya flash back. Mulai bercerita soal kematian Kuniko-tokoh utama-hingga pertemuannya dengan ’aku’. Naoya mengikat pembaca dengan cerita-cerita yang tiba-tiba menghentak dan kembali datar. Ia sangat bagus mendeskripsikan kematian Kuniko. ”Wajah Kuniko sama sekali bukan wajah orang hidup. Mulutnya seperti huruf V datar terbalik, dia memandang padaku melalui sepasang mata yang sayup dan sepenuhnya tak fokus. Aku merasa Kuniko telah melakukan sesuatu yang tak dapat dikembalikan. Ketika aku berdiri dan menghampirinya, dia tiba-tiba tiba-tiba roboh ke depan dari celah pintu dan berpegang erat kepadaku”. □
Diterbitkan Borneo Tribune 5 Agustus 2007
Kumpulan Kisah Cinta Ganjil
di 5:48 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 komentar:
buku sesungguhnya adalah guru yang paling sabar. buku adalah gudang ilmu.
maka, berbahagialah orang yang mencintai buku
Post a Comment