Oleh: Stefanus Akim
Kalimantan Review sedang berduka. Kantor redaksi mereka yang beralamat di Jalan Budi Utomo, habis dilahap si jago merah Kamis 8 Agustus 2007. Tak hanya itu percetakan Mitra Kasih salah satu usaha mereka yang menggunakan mesin offset sekaligus tempat mencetak majalah juga habis terbakar.
Api juga menghanguskan kantor Institut Dayakology-dulu Institut Dayakologi Research and Development (IDRD)-yang menerbitkan KR. Tercatat 12 buah ruko satu kompleks dengan KR ikut terbakar di Jalan Budi Utomo Siantan, Kecamatan Pontianak Utara.
Diduga api tersebut berasal dari korsleting listrik dari salah satu ruko yang berada di bagian atas, plafonnya. Kendati dalam peristiwa itu tidak ada jatuh korban jiwa tetapi kerugian materiil mencapai miliar rupiah.
Sebagian pemilik ruko yang berada di tempat tersebut berusaha menyelamatkan harta benda. Sebelumnya, warga setempat berusaha memadamkan api tersebut dengan peralatan seadanya. Karena embusan angin cukup kencang ditambah dengan Kota Pontianak tidak diguyur beberapa hari terakhir ini, membuat bangunan itu mudah terbakar. Sembilan unit pemadam kebakaran berupaya memadamkan api, namun api tak berhasil dipadamkan.
Bangunan yang terbakar sebanyak dua blok, yakni A4-A5 yang terdiri dari 12 pintu. Di mana satu bloknya terdapat enam pintu. Di antara ruko tersebut terdapat kantor kontraktor, kantor redaksi Majalah Kalimantan Review (KR), Mitra Kasih, bengkel motor, warung kopi dan nasi.
Andika Lay, salah seorang pemadam kebakaran dari UPKGR, mengatakan petugas mengalami kesulitan dalam memadamkan api karena lokasi kebakaran jauh dari sumber air. Jarak sumber air dengan kebakaran kira-kira 300 meter selain itu tiupan angin yang kencang membuat api semakin berkobar sehingga sulit dikendalikan.
Ini adalah usia yang ke 16 buat KR sejak didirikan tahun 1991 lalu. Saat pertama kali didirikan sebagai direkturnya adalah John Bamba, Wakil Direktur Nico Andasputra.
KR pernah mendapat penghargaan dari ISAI Awards tahun 1999, 2000 dan 2001. Mereka juga menjadi tuan rumah FBN (Festival Budaya Nusantara), 21 - 23 Desember 1999 dan Penyelenggara EXPO dan Seminar Nasional Budaya Dayak, November 1992. Lewat EXPO itulah nama Dayak lazim dipakai. Sebelumnya beberapa literatur dan penyebutan menggunakan kata 'Daya' yang artinya hulu [sungai]. Orang Dayak dulu malu jika disebut Dayak dengan penekanan kata 'k' yang kuat. Sebutan itu semacam penghinaan atau merendahkan. Namun dengan EXPO itu berhasil membangkitkan rasa percaya diri.
KR dan ID banyak membuat buku dan penelitian tentang masyarakat Dayak. Diantaranya kearifan lokal, baik pengelolaan lingkungan, pengobatan, tradisi dan lainnya.
Sejumlah nama cukup dikenal lahir dan melahirkan KR. Diantaranya ada Albert Rupinus, F Plorus, Maria Goreti yang kini menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Kalbar, Edi Petebang yang pernah memberikan materi jurnalistik saat aku masih anggota majalah kampus di Mimbar Untan.
Kemudian ada nama Bambang Bider yang kini aktivis lingkungan di Kapuas Hulu, Thomas Tion, Margareta Tri W, Tony Kusmiran. Belakangan ada nama Dominikus Uyub dan Elias Ngiuk. Serta tentu masih banyak yang lain.
Terakhir aku dengar oplah majalah bulanan yang masih berafiliasi dengan Yayasan Pancur Kasih itu mencapai 9.000 eks. Sebagian besar tersebar di West Borneo dan di semua Borneo. Anggota Credit Union (koperasi simpan pinjam) pasti merasa kehilangan. Sebab sejak beberapa waktu terakhir KR juga memunculkan suplemen CU. Isinya bisa memotivasi anggota, sebab selain memunculkan anggota yang berhasil juga tips dan trik menabung dan berusaha agar sukses.
Meskipun semua terbakar namun beberapa kalangan yakin tak akan terlalu berpengaruh dengan KR. Dalam waktu dekat pasti akan terbit kembali. Yang mengkhawatirkan justru bukan modal atau perangkat yang terbakar, justru yang dikhawatirkan banyak data, hasil penelitian, dokumentasi, buku-buku, jurnal yang ikut terbakar.
Kami turut prihatin dan sedih dengan kejadian ini. Namun semua ini pasti ada hikmahnya. Maju terus awak KR, jangan patah semangat. Jadikan ini sebagai cambuk dan motivasi untuk terus menjadi yang terbaik.□
Kalimantan Review Terbakar
di 12:27 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 komentar:
Kim, terima kasih banyak atas simpatinya. Maaf, hari ini baru bisa membacanya karena baru bisa membuka email.
Jika Akim dan kawan-kawan lain ada buku, foto, dokumen atau naskah apa saja terutama yang berkaitan dengan masyarakat adat, khususnya Dayak, sudilah berbagi dengan kami. Karena kami tidak memiliki satu pun dokumen yang disisakan api,
salam,
Edi Petebang
Selaku insan pers saya turut berpedih hati mengetahui KR "kebakaran". Semoga cepat pulih dan makin hebat.
Yakin setelah kesulitan akan ada kemudahan. Setelah gelap malam akan datang fajar menyingsing.
Post a Comment