Panitia Gawai Berbagai “Tuah”

Pekan Gawai dan Gelar Budaya Dayak se-Kalimantan 2007 tak hanya dimeriahkan dengan perlombaan dan pertandingan, gelar budaya, pameran dan lainnya. Namun ada juga unsur sosial, salah satunya “Jepret Batuah” hasil kerjasama antara panitia dan Borneo Tribune.
Jepret Batuah, artinya foto sejumlah pengunjung beruntung di Betang. Batuah, mengambil bahasa Dayak Kanayatn yang artinya “rezeki”. Mereka yang berhasil tertangkap kamera dan dilingkari mendapatkan bingkisan menarik. Sejak hari kedua sudah ada tiga yang berhasil dijepret.

Jepret Batuah dibawah koordinator Yosef Odilla Oendoen yang juga Koordinator Seksi Acara PGGBDK 2007. “Kegiatan ini semacam berbagai kegembiraan dengan pengunjung dan penonton. Jadi bukan hanya peserta yang terlibat langsung dengan kegitan ini dan berbahagia, namun juga seluruh masyarakat yang menyaksikannya,” kata Yosef.

Ia mengatakan, meskipun bingkisannya tidak terlalu bernilai jika diuangkan, namun kegiatan seperti itu jelas saja akan membuat semakin semarak. “Siapa yang kita jepret, baik oleh panitia maupun wartawan Borneo Tribune tentulah ada penilaian. Tak ada unsur KKN atau kawan. Yang ada ialah menjadikan kegiatan ini semakin semarak dan semakin banyak masyarakat yang mau menonton,” paparnya.

Rencananya Jepret Batuah akan berlangsung hingga penutupan pada Minggu, (27/5). Akan ada lagi yang beruntung tertangkap kamera panitia atau wartawan Borneo Tribune. Jadi, jika Anda ingin mendapatkan “tuah”, maka rajin-rajinlah berkunjung di Pekan Gawai dan Gelar Budaya Dayak se-Kalimantan. Siapa tahu wajah Anda muncul di koran kebanggan masyarakat “Borneo” ini dan dilingkari, maka bingkisan akan menjadi milik Anda. Semoga!!!

Peserta lomba pop singer anak dan dewasa malam nanti akan unjuk kebolehan di Betang. Mereka berupaya untuk menjadi yang terbaik. Acara pop singer anak dimulai pada pukul 16.00-18.00, sementara pop singer dewasa mulai pukul 18.30-21.00. Sebelumnya sekitar pukul 09.00-11.00 panitia memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengambil nada final pop singer.

Dipastikan masyarakat Kota Pontinak dan sekitarnya akan tmpah ruah pada menyaksikan lomba pop singer ini. Peserta baik dari Kalbar maupun dari luar, yaitu: Kaltim, Kalteng, Kalsel serta sanggar yang tergabung dalam Sekberkesda.

Untuk anak-anak pada babak final diwajibkan membawakan satu lagu wajib dan satu lagu pilihan. Sebagai lagu wajib putra adalah “Pesauku” dan putri “Adi Asih”. Sementara untuk lagu pilihan diantranya: Jalai Ti Nyamai, Padahatn Ka’ Jubta, Ku Nyabakng, Basa Urakng Tuha, Adi’a. Masuk dalam kelompok anak-anak umur 9-12 tahun.

Sementara untuk pop singer dewasa berumur 16-25 tahun. Sama seperti pop singer anak-anak, pada final kali ini akan diseleksi lima peserta terbaik putera-puteri.

Adapun lagu wajib putera adalah Dara Lawa (Dom Ibanic Putera), puteri akan membawakan lagu wajib Jodoh Ame Dipaksa (Alpino Dj). Mereka akan membawakan lagu pilihan berupa: Sebana Ngena Lagu, Kalimantan, Dayang Kumang, Cinta Mutueh, Jai Ja’ Sampe dan Nya Muntuh Mulia. Sebelumnya, Kamis (24/5) dilakukan perlombaan melukis kanvas, lomba menumbuk dan menampi padi.

Pameran yang digelar di Halaman Museum Pontianak banyak dikunjungi masyarakat. Mereka tertarik dengan souvenir, baik berupa manik-manik, pakin adat, patung dan kerajinan tangan lainnya.

Pantauan Tribune di lapangan pemeran itu ramai dikunjungi karena pernak-pernik yang beragam dan banyak pilihan. “Senang datang di sini, sebab asik saja melihat yang dipamerkan. Beberapa kerajinan juga dijual dengan harga terjangkau. Untuk gelang manik-manik atau pembungkus pulpen misalnya ndak sampai Rp 5.000. Hanya saja yang mahal mungkin baju, patung ukuran besar atau mandau,” kata Eka, seorang mahasiwi Untan asal Sanggau.
Memang hampir semua stand budaya pada Gawai Dayak dan Gelar Budaya Dayak se Kalimantan memajang berbagai asesoris yang menjadi ciri budaya Dayak. Tidak hanya pernak-pernik, buku-buku keakaraban warga Dayak dengan lingkunganya juga dipajang.
Jika tahun sebelumnya stand budaya bertempat di halaman rumah Betang, kali ini lokasi stand ditempatkan di halaman Museum Kalbar di Jalan Ahmad Yani atau sekitar 200 meter dari pusat lokasi.

Sekitar 30 stand ikut ambil bagian pada kesempatan itu. Diantaranya stand Senggalang Burong, Pama Raya yang menjual kaset-kaset Lagu Dayak, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai-nilai Tradisional (BPSNT) Pontianak yang bergabung dengan Direktorat Tradisi Jakarta, ada juga stand Forum Persatuan Pemuda Daya (F2PD), Komunitas Kota Kita, WWF, Sanggar Borneo Trigas, Borneo Colection, Sanggar Kausuta, Sanggar Uyan, IPMSA), serta yang lainnya.

Meskipun cuaca di Kota Pontianak kurang bersahabat karena guyuran hujan, namun antusiasme masyarakat untuk menonton kegiatan di Betang, Jalan Sutoyo tetap tak terbendung. Bahkan halaman parkir tetap penuh begitupun halaman depan betang, Selasa (22/5).

Di sisi lain kesibukan para orang tua mempersiapkan anak-anaknya juga terlihat. Ada yang membuat tato non permanen dari spidol, memasang ikat kepala dan aksesoris lainnya.
Meskipun demikian penampilan mereka tak mengecewakan. Para peserta peragaan busana ini menunjukkan kemampuannya masing-masing, baik putera maupun puteri. Bak peragawan/peragawati profesional mereka melenggang-lenggok di atas catwalk. Sementara penonton berjubel menyaksikan dengan penuh antusias.

Kegiatan malam tadi juga diselingi dengan empat buah tarian. Diantaranya tari Belian Karunya (Kalteng), Tari Norotn (Bengkawan) serta tari Berayah.

Sementara hari ini rencannya akan ada sejumlah tarian lagi untuk selingan, diantaranya tari Mandarus Apui dari Kalimantan Selatan, Tari Dariyak Maatam, Tari Bakaat dan tari Berburu Enggang.

Kegiatan pertama berupa melukis perisai, dilanjutkan dengan menyumpit perorangan putra/puteri, uri gasing, lomba Terompah atau Bakiak. Yang paling menarik adalah upacara adat Tolak Bala, yang selanjutnya Lomba Enggrang dan lomba menangkap Babi.*

*Dimuat Borneo Tribune 25 Mei 2007

Monday, May 28, 2007 |

0 komentar:

Kategori

Powered By Blogger

Total Pageviews