Berdoa Bersama Wujud Kepedualian Terhadap Bangsa

Puluhan ribu umat Katolik dan Kristen seluruh Indonesia kemarin malam melakukan doa bersama sebagai wujud kepedulian terhadap kondisi bangsa. Hal yang sama terjadi di Kota Pontianak, tak kurang dari seribu orang yang tergabung dalam Jaringan Doa se-Kota (JDS) berkumpul di Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) Siloam Jalan Kartini, Jumat (25/5) sejak pukul 18.00-21.00.

Kemarin malam, suasana gereja Siloam GPIB yang bersebelahan dengan Mall Matahari lain dari biasanya. Jumlah umat yang datang lebih banyak dari hari biasanya. Bahkan dari gereja Kristen yang berbeda-beda serta umat Katolik.

Tepat pukul 18.00, lonceng gereja berdentang beberapa kali. Rombongan pemazmur dan pembaca kidung Salomo masuk dan berdiri di depan altar. Dengan lancar kelompok koor ini menyanyikan beberapa kidung pujian, dilanjutkan dengan mendaras Mazmur dan pembacaan kidung Salomo.

Kemudian dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh pendeta atau pastor secara bersama-sama. Umat yang hadir juga larut dalam doa, ada diantaranya yang menangis. Terhanyut oleh doa karismatik.

Ketua JDS, Pdt. Ali Santoso, mengatakan, maksud dan tujuan kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian Gereja, baik Katolik maupun Kristen di Indonesia terhadap kondisi bangsa. “Kegiatan serupa dilakukan di 113 kota di seluruh Indonesia. Kita berdoa pada hari yang sama sebagai bentuk kepedulian kita terhadap bangsa. Supaya dengan berdoa bersama kondisi bangsa ini lebih baik lepas dari kritis,” kata Ali berapi-api.

Pada kesempatan itu, umat juga berdoa untuk Pilkada Gubernur agar aman dan tidak terjadi keributan. “Kita berharap ada perubahan ke arah yang lebih baik. Orang Kristen juga akan membangun bangsa dan kota ini agar menjadi tempat yang indah, aman, dan tenteram untuk ditempati,” jelas Ali.

Lebih jauh Gembala di Gereja Pantekosta Karosmatika di Indonesia (GPKdI), menuturkan, apa pun yang direncanakan manusia jika tanpa pertolongan Tuhan maka tidak mungkin akan terjadi. Oleh sebab itulah maka umatnya mesti berdoa kepada Tuhan. Ada nas kitab suci yang mengatakan, “Mintalah maka kamu akan diberikan, ketoklah maka pintu akan dibukakan untuk untukmu”.

“Tanpa pertolongan Tuhan maka semua akan sia-sia. Untuk meminta pertolongan itu maka mari kita bersama-sama berdoa kepada-Nya di sulur Indonesia,’ papar Ali.
Saat ini sejumlah kemalangan yang menimpa Indonesia membuat umat Katolik dan Kristen prihatin. Jika bangsa ini ada kesalahan mohon Tuhan mengampuni.

Ikut dalam JDS diantaranya gereja-gereja, Protesten, Pentakosta, Katolik dan lainnya. Kegiatan serupa juga pernah dilakukan di gereja Isaa Almasih di Ja;an Sugiono samping GOR Pangsuma. Kegiatan seperti ini sudah empat tahun berjalan, sebelumnya bernama Nation Prayer Conference (NPC) yang pertama kali menggelar doa bersama di GOR Pangsuma. Setelah itu di lapangan PSP (kini PCC), di GIA dan kemarin di GPIB Siloam.

“Tahun depan kita akan lakukan kembali hal serupa. Bahkan pada 17 Agustus tahun ini kita akan menggelar kembali, sebagai ucapan syukur atas kemerdekaan yang diberikan Tuhan kepada kita,” tandasnya.

Saat ditanya kegiatan ini dengan moment Hari Kebangkitan Nasional, Ali menuturkan ini adalah momen untuk mempertahankan keutuhan NKRI. “Kita sepakat untuk mempertahankan NKRI jangan terpecah-belah. Kita ingin membangun negeri ini secara bersama-sama, membangun dari berbagai aspek. Kita mau supaya kebangkitan nasional ini menjadi semangat pembaharuan juga bagi kita bersama,” kata dia.

Dalam kegiatan itu turut hadir anggota jemaar gereja. Diantaranya GPKdI, , GPIA (Gereja Pentakosta Isa Alamasih), GKPB, GKKB, GBI, GPdI, Gereja Sungai Yordan, Gereja Baptis, Katedral atau Keuskupan, GKII, Gekari, GSRI, Pugespol Businessmen Fellowship, GBI Antiokia, PGI, PLGII, Gereja Jesus Sejati, Gereja Advent, Gereja Bhetani Indonesia, GKB, GKKB dan GKE. Hadir juga pejabat Bimmas Kristen Pdt Piter Kalvin yang memberikan kata sambutan. Tak ketinggalan para mahasiswa yang tergabung dalam GMKI. “Serta masih banyak yang lain yang tak dapat kami sebutkan satu per satu. Mereka mendukung tak hanya tenaga namun juga materiil dan moril,” tuntas Ali.

Gerakan Doa se-Kota (GDS) yang dibentuk empat tahun silam bertujuan untuk memperkuat kegerakan doa melalui jaringan doa di kota-kota baik yang telah terbentuk maupun yang perlu dirintis.

Dalam situs http://www.sabda.org/, disebutkan, dibangunnya kesatuan umat melalui visi yang dinyatakan Tuhan melalui Firman dan Kesaksian dalam kebersamaan umat dari berbagai kota di seluruh tanah air maupun di luar negeri yang merupakan tujuan jangka menengah.
Pdt. Ruyandi Hutasoit, MA (Ketua Yayasan Bersinar Bagi Bangsa) dalam dalam artiklenya menyebutkan, dengan JDS diharapkan ada pembaharuan panggilan dan komitmen para peserta atau fasilitator untuk terlibat secara aktif dalam Gerakan Doa di kota-kota yang berdampak pada transformasi masyarakat atau kota secara nyata yang merupakan tujuan jangka panjang.
Ada tiga hal yang menandai sebuah kota bila telah mengalami transformasi: diantaranya, angka pertobatan jemaat di kota itu meningkat. Angka kriminalitas menurun, tingkat kesejahteraan kota semakin membaik.

Langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun Gerakan Doa Sekota diantaranya, pemetaan rohani, yang dilakukan untuk mengetahui situasi dan kondisi suatu kota baik secara Ilmu Pengetahuan. Selanjutnya dapat diketahui secara detail kondisi kota secara fisik baik tingkat kesejahteraan, tingkat kriminalitas, bangunan bersejarah, jumlah gereja, tempat-tempat hiburan, dan lain sebagainya.

Sedangkan doa terobosan dilakukan untuk mengetahui atau melihat kondisi "rohani" dari kota itu (mengetahui tempat-tempat pemujaan yang ada serta roh-roh jahat yang ada yang menguasai kota itu).

Dengan demikian diharapkan terjadi rekonsiliasi atau perdamaian. Baik antar gereja atau denominasi, antar masyarakat, suku, desa, kota, bangsa, dan seterusnya.

*Dimuat Harian Borneo Tribune 27 Mei 2007

Monday, May 28, 2007 |

0 komentar:

Kategori

Powered By Blogger

Total Pageviews