Dua hari lalu saya mendapat dua buah buku baru kiriman Penerbit Bentang Pustaka, Yogyakarta. Masing-masing Chocolat karya Joanne Harris dan satunya lagi Bush dan Hitler karya Rh. Widada.
Tentu saja saya senang sekali, setidaknya ada semacam kewajiban membaca buku dalam minggu ini. Mumpung lagi tak ada buku baru yang saya miliki, baik berupa hadiah dari teman atau penerbit maupun sengaja dibeli.
Saya membaca sinopsis Chocolat yang merupakan buku karya sastra terjemahan di cover belakang. Novel ini merupakan kisah indah tentang cokelat dan pertentangan yang sering terjadi dalam diri kita. Kaya, cerdas, dan nakal, Chocolat merupakan santapan sastra untuk semua orang.
Vianne Rocher seorang pembuat cokelat. Cokelat yang sesungguhnya, seperti yang diminum oleh bangsa Aztec dalam ritual sakral ribuan tahun silam. Tercampur sempurna aroma cokelat, vanila, tembaga, dan kayu manis yang dipanaskan; aroma cokelat mentah dan tanah Amerika, aroma harum damar dari hutan tadah hujan.
Bagi Lansquenet-sous- Tannes yang bersuasana muram dan diliputi kepalsuan, toko cokelat La Céleste Praline menjadi sesuatu yang asing, sulit diterima. Namun, tidak butuh lama bagi toko ini untuk dicintai penduduk. Ramuan cokelat Vianne mampu membangkitkan energi kejujuran dari dalam diri, dan La Céleste Praline menjadi ruang tempat rahasia dibisikkan, kegelisahan diungkapkan, dan mimpi untuk diuji.
Buku ini juga mendapat banyak sekali pujian. Diantaranya:
“Benar-benar luar biasa … hebat dalam cerita, wawasan dan humor, juga gaya penulisannya.”
—Literary Review
“Novel yang memikat dan imajinatif.”
— Woman and Home
“Dongeng tentang cokelat yang luar biasa dan memikat.”
—Guardian
“Kisah yang sangat orisinal.”
—Sunday Times
“Sangat menggoda … mengaduk-aduk perasaan ….”
—Observer
Chocolat yang berukuran 13×20,5 cm itu dibanderol Rp49.500,00. Sementara buku Bush & Hitler dengan ukuran 11,5×17,5 cm dibanderol Rp24 ribu.
Dibagian sinopsis buku Bush & Hitler disebutkan, personifikasi Hitler pada diri pemimpin yang tidak disukai Amerika selalu menarik untuk diperhatikan. Ketika pecah Perang Teluk, Saddam menjadi bulan-bulanan media yang menganggapnya Hitler versi Timur Tengah. Kemudian, cap Hitler pun sempat mampir pada Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, karena meragukan orisinalitas data tentang holocaust.
Ironisnya, dalam konteks invasi terhadap Irak, cap buruk Hitler itu justru berbalik kepada Bush Jr sendiri, yang sebagian besar dilakukan oleh orang Amerika melalui internet. Sebuah situs bahkan mengabarkan secara sekaligus 31 kesamaan George W Bush dengan Hitler. Inilah buku yang mengupas tuntas kelihaian keluarga Bush dalam memperalat orang-orang di sekitarnya agar bisa maju menjadi pemimpin sebuah bangsa digdaya bernama Amerika.
Ah...tak sabar saya untuk segera menyelesaikan bacaan ini...
Pak Ugie dan Mas ASM
Tiga minggu sebelumnya saya juga menerima kiriman buku dari A.Safril Mubah. Seorang dosen jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Saya belum pernah bertatap muka dengan ASM – begitu dia menyebut dirinya pada akhir SMS dan milis Penulis Lepas.
Buku yang ditulis ASM berjudul Menguak Neokons; Menyingkap Agenda Terselubung Amerika Dalam Memerangi Terorisme. Buku yang diterbitkan Pustaka Pelajar tersebut dicetak Oktober 2007 dengan jumlah xxii + 270 halaman.
Perkenalan kami hanya lewat milis dan email. Saya kemudian menawarakan diri untuk meresensi bukunya. Responnya luas biasa, hanya dalam hitungan jam mas ASM langsung menyatakan akan mengirimkan buku tersebut. Tentu saja ini surprise buat saya.
Kini buku tersebut sudah saya resensi dan terbit di Harian Borneo Tribune tanggal 9 Desember halaman 4 rubrik Bookclub. Resensinya juga saya publikasikan di salah satu blog yang saya kelola; Pencinta Buku.
Beberapa hari lalu hal yang sama terjadi antara saya dengan Pak Ugie dari Yogyakarta. Hari-hari berikut saya menunggu kiriman buku dari beliau. Lewat blognya saya tahu Eko Sugiarto – begitu nama lengkapnya – adalah seorang yang sangat produktif menulis. Mulai buku fiksi hingga non fiksi.
Saat saya mengunjungi blognya saya menemukan sebuah kata-kata yang sederhana namun menyentuh. Bunyinya sebagai berikut:
Dokumentasi Karya Eko Sugiarto
Selamat datang Saudaraku. Selamat bersua dengan salah seorang anak manusia yang punya cita-cita mewarnai dunia dengan tinta dan cinta. Di sini, Anda bisa menengok dokumentasi karya yang kuhasilkan. Semoga dokumentasi ini bisa memberi inspirasi. Sekali lagi, selamat datang, selamat bersua, dan terima kasih atas kunjungan Anda.
Saya pikir kedua orang ini adalah penulis-penulis rendah hati dan sangat welcome dengan siapapun. Selamat menorehkan tinta dan terus berkarya. Selama ini cukup banyak penerbit, pengarang dan teman-teman baik di Kalbar maupun di luar yang berbaik hati mengirimi saya buku untuk dibaca. Tentu saja saya sangat berterima kasih banyak untuk itu.□
Chocolat, Bush dan Hitler
di 12:10 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment