Perhelatan Indonesia City Expo (ICE) 2007 yang dipusatkan di Ayani Mega Mall benar-benar dimanfaatkan oleh peserta, baik stand pemerintah maupun swasta. Termasuk dari berbagai daerah se Indonesia.
Masing-masing daerah seakan ingin menunjukkan keunikan dan keunggulan masing-masing. Kontigen Jawa Timur misalnya, di standnya memamerkan Kaligarfi Arab dari kulit kambing. Mereka mengaku ini adalah salah satu produk unggulan yang dipamerkan.
Bermacam tulisan Arab yang diukir diatas media kulit kambing tersebut, mulai dari bacaan Basmalah, ayat Kursi hingga ayat-ayat pendek dalam Al-quran. Bukan hanya tulisan, kaligrafi yang dipamerkan memiliki berbagai macam ukuran. Mulai dari 20 x 30 hingga 25 x 50.
Harga yang ditawarkan mengikuti jenis dan besarnya tulisan yang dibuat. Ukuran kaligrafi kecil dihargai Rp 20 ribu dan yang besar dihargai Rp 1 juta. Selain menggunakan kulit kambing, bingkai kaligrafi terbuat dari kayu jati.
”Ppemasarannya lebih berkembang ke luar Jatim bahkan sampai ke Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Turki, dan Iran,” kata Niken, pengusaha yang ditemui Tribune di standnya.
Pengalaman masyarakat Jawa yang membuat wayang kulit dari kulit kambing sepertinya menjadi bekal untuk pembuatan dan pengolahan kulit kambing ini. Ia berbagi sedikit resep. Kulit kambing direndam dengan obat khusus selama satu jam, kemudian dijemur hingga kering setelah itu baru dipahat dan dilakukan pengecatan sesuai dengan ukiran tulisan.
Stand lain yang, Kota Makassar misalnya menyuguhkan perahu pinisi khas Makassar. Ikon ’Bugis’ tersebut dibungkus plastik putih, perahu yang dibikin dengan ukuran 20 centi tersebut melambangkan suku Bugis sebagai suku pelaut.
Memang suku asal Sulawesi Selatan ini memiliki catatan tersendiri dalam sejarah bahari, saat mengarungi ribuan kilometer lautan luas dari Indonesia hingga Madagaskar di Afrika Selatan, berabad silam.
Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Makassar, M. Takdir alim Bakrie, saat ditemui mengatkan, perahu nenek moyang tersebut tetap menjadi idola suku Bugis. ”Meskipun sekarang sudah banyak yang pintar namun kapal kebanggan ini tetap kami pertahankan,” ujarnya.
Tetangga satu daratan, Kota Tarakan Provinsi Kaltim yang terkenal dengan Pulau Minyak memamerkan profile companynya. Dari profile companynya terlihat perkembangan pulau Tarakan berjalan seiring dengan perkembangan industri minyak bumi di Pulau Tarakan.
Kekayaan alam tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1869 oleh perusahaan minyak Belanda Koninklijke Nederlandsche Petroleum Company yang kemudian diganti oleh Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) pada tahun 1907.
Saat itu minyak bumi Tarakan terkenal di dunia karena kualitasnya sangat bagus sebagai ‘world purest oil’. Tahun 1906 produksinya mencapai 23.000 Barrels of Oil Per Day (BPOD).
Tidaklah aneh apabila pulau Tarakan dikenal pula sebagai pulau minyak. Kini dikelola PT. MEDCO E dan P, perusahaan energi swasta nasional. Tahun 2005, produksi minyak Tarakan mencapai sekitar 2.000-3.000 BPOD dan gas bumi sekitar 20-30 juta mscf. Gas bumi yang dihasilkan digunakan untuk suplai pabrik methanol di pulau Bunyu dan untuk pembangkit listrik di Kota Tarakan.
Kota Yogyakarta yang terkenal dengan para senimannya menampilkan kerajinan tangan. Satu diantaranya kerajinan batik kayu atau ‘wood batik painting’. Batik yang dihasilkan berupa keris, nampan, patung dan macam lainnya. Pembuatan kayu batik sama halnya dengan batik kain. Sementara bahan baku kayu yang digunakan antara lain, kayu bambu, kayu bule dan kayu damar.
Sementara Kota Palu Sulawesi Utara menampilkan mebel dari kayu Eboni. Bahan kayu ini dikenal karena daya tahan yang kuat serta kelangkaannya, kayu ini memiliki nilai jual cukup tinggi. Bagi masyarakat Palu kayu ini dijadikan kayu unggulan untuk pembuatan mebel. Kayu tersebut hanya bisa tumbuh di Sulawesi Utara.
Mebel terbuat dari kayu Emboni dipasarkan di luar negeri, seperti Jepang dan Taiwan sebagai lokasi pemasaran. Mebel yang dipasarkan di negara industri tersebut berharga 250.000 ke atas.
Selain dibuat sebagai mebel, kayu Emboni juga digunakan untuk membuat nampan atau tempat tisu. Harga tempat tisu ukuran standar dihargai Rp 15 ribu-20 ribu. Sementara untuk nampan dengan kapasitas 3-4 gelas dihargai 45.000 rupiah.
Kota Batam menampilkan Wooden Product of Batam Craft of Anak Kampung yang jika diindonesiakan poduk kayu dari Batam karya anak kampung. Kerajinan tangan dari bahan kayu ini merupakan satu dari beberapa pruduk unggulan yang dimilki Kota Batam.
Pameran ini tentu saja membuat masyarakat pengunjung puas. Sebab, bermacam suguhan ditampilkan. Bahkan bisa berbelanja sekaligus. *
*Teks Foto: Dua orang pengunjung sedang mengamati barang yang dipamerkan. (Lukas B Wijanarko)
Kaligrafi dari Kulit Kambing hingga Batik Kayu
di 7:26 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment