MATA memang agak ngantuk, tadi malam baru tiba di rumah sekitar pukul 02.00 WIB, tapi ada daya "tugas negara", mengantarkan istri tercinta harus dilakoni juga. Mengantar ke tempat kerja, sambil bercengkerama sepanjang perjalanan.
Seorang teman berguyon, mengantarkan istri adalah kutukan. "Mengapa?" Tanyaku. "Iyalah, saat lajang, kita awalnya manusia bebas. Mau ngapain juga gak apa-apa. Setelah menikah kita jadi terikat," katanya.
Aku hanya tersenyum, aku yakin temanku hanya bergurau, sebagai selingan menghilangkan jenuh dari segala rutinitas yang membunuh kreativitas.Pontianak, masih berembun. Ini yang aku suka, semua terasa sejuk. Merasuk hingga ke dalam jiwa. Titik-titik, embun membuat segar. Aku baru sadar, ternyata berangkat dari rumah belum mandi pagi.
Sebelum melakukan aktivitas lain, segelas kopi mungkin bisa menghilangkan kantuk dan membangkitkan inspirasi hari ini.
Pagi ini, nggak mampir di warung kopi langganan di seputaran "Pecinan". Mungkin Acek mencari-cari, kemana satu orang langgananku kok belum mampir.
Pilihan jatuh ke kawasan Untan. Banyak kenangan di tempat ini, aku rindu memanggul ransel pakai sendal jepit, kaos oblong, dan jins lusuh.
Meski kopinya tak seenak buatan Si Acek, tapi okelah nikmati saja.
Pengunjung cukup ramai, tapi tak satu orangpun kukenal. Aku merasa asing sendiri. Untungnya ada smartphone dan laptop, maka kutuliskan saja apa yang melintas.
Sent from BlackBerry®
2 komentar:
Asli, tanpa kopi tidak bisa keluar ide kata kawan-kawan, haha
Ijin Follow boos...
saya juga suka sekali dengan kopi
Post a Comment