Blogger Kota Hantu
Para blogger "Kota Hantu" berfoto bersama di depan Plasa Telkom. Foto: AA. Mering.
KEMARIN malam, saya, Mering dan Yaser memutuskan bertemu dengan teman-teman blogger Pontianak di Cafe Telkom. Ada 13 orang yang hadir. Di antaranya bang Rizko, Yudi, Deni Chemod, Reza, Fifi, Angga, Cangak, Rovich, Zuhri, Fadli, Hernawan dan lainnya.
Sebelumnya kami tak saling kenal. Kenal paling-paling hanya lewat dunia virtual – blog – masing-masing saling ngintip. Pembicaraan mengalir deras. Tanpa sekat. Seakan kami semua sudah kenal satu sama lain sejak lama.
Teman-teman blogger yang ngumpul kali ini profesinya beragam. Ada dosen, wartawan, seniman, operator, arsitek dan sebagainya. Komunitanya pun beda-beda. Ada anggota komunitas Speedy Club, Blogger Pontianak dan Gamers.
Di jalan hujan turun rintik-rintik. Kami mengaso di tenda luar Cafe Telkom. Yang namanya tenda, bagian atasnya pastilah terbuat dari terpal. Namun tenda yang ini lain. Cukup cantik, ada tulisan telkom dengan logo serta bahasa-bahasa advertisement. Hujan yang tercurah dari langit tertahan bahan kedap air itu. Kami aman berbicara berbagai hal terkait komunitas blogger di Pontianak.
Masing-masing orang tanpa dikomando mengungkapkan pengalamannya selama bergelut di dunia blog. ”Ada yang nanya di chat boxm di Pontianak ada bandara ndak ya,” celetuk Mering.
Yang lain nyambung. ”Pontianak ada kucing ndak sih. Sebab orang sana (Kalbar) kan makan orang”.
Suasana makin tambah seru. Ada yang iseng jawab. ”Jangankan kucing, hutan pun habis dikunyah”. Pernyataan teman satu ini pastilah menyinggung soal maraknya illegal logging di Kalimantan Barat.
Yang lain mengungkapkan keinginan untuk belajar menulis hal sederhana namun renyah saat dibaca. Sebaliknya yang lain ingin belajar bahasa HTML. Pernak-pernik blog dan seterusnya. Kematian mantan penguasa Orde Baru juga tak lepas dari bahasan.
***
Cafe Telkom berada di Jalan Teuku Umar. Lokasinya sangat strategis dan berada di tengah kota. Suasananya nyaman. Satu kompleks dengan kantor telkom dan tentu saja fleksi. Di situ juga ada Anjungan Tunai Mandiri – bahasa Melayunya – dan Automatic Taller Machine – bahasa Inggrisnya.
Minuman yang disuguhkan juga beragam. Mulai yang hangat seperti capuccino, kopi, teh dan sejenisnya. Serta yang dingin ada teh es – ini minuman wajibku – ekstra jos susu, hemaviton energi drink, etc. Malam itu saya disuguhi cappuccino hangat oleh teman-teman. Cafe Telkom menjadi salah satu tempat favorit buat blogger Pontianak maupun buat mereka yang hanya sekadar searching, membuka email, atau chatting. Selain letaknya yang strategis, juga tak mesti bayar dan harga minumannya tentu saja tidak semahal seperti cafe-cafe lain. Maka jadi lah tempat ini tempat nongkrong bagi pencinta dunia virtual.
Di Pontianak saat ini, warnet-warnet mulai tumbuh pesat. Jika dulu hanya ada Warnet Mars di Siantan dan Pontianak Mall di Jalan Teuku Umar. Warnet Candika di Jalan KH Wahid Hasyim, Warnet Kopma di Untan atau Stella di Tanjung Hulu. Kini di sejumlah kawasan mulai bertebaran. Di Jalan Tabrani Ahmad tempat saya tinggal, misalnya sudah ada dua tempat. Begitu pun di Jalan Jeranding, Sungai Jawi, kawasan pasar, Gajah Mada, Sepakat dan seterusnya.
Sejumlah hotspot juga dimiliki oleh lembaga dan pribadi-pribadi yang mampu. Di setiap kampus di Untan kini dengan mudah bisa mengakses internet. Tentu saja jika membawa laptop.
***
Dari pertemuan sederhana dan hanya kongkow-kongkow para blogger banyak ide liar namun brilian yang muncul. Misalnya di setiap kawasan umum harus sudah ada hotspot. Sehingga Pontianak tidak malu jika ada tamu yang datang dari luar. Apalagi berbatasan negara langsung dengan Malaysia.
Dalam beberapa bulan terakhir lompatan dunia virtual di Pontianak sudah sangat jauh. Mungkin ini disebabkan dengan semakin terjangkaunya harga komputer (laptop). Serta didukung hotspot yang bertebaran di mana-mana. Ini adalah ancaman dan sekaligus peluang untuk daerah. Bisa dibayangkan jika para blogger itu menulis yang jelek-jelek saja tentang Pontianak – bad news is good news – itu lah muka Pontianak. Begitu pun sebaliknya jika para blogger menulis hal-hal baik, positif, penuh inspirasi maka wajah seperti itu lah yang akan muncul du dunia virtual.
Saat ini jika orang ingin berkunjung ke suatu daerah, maka yang pertama ia akan mencari informasi sebanyak-banyaknya lewat internet. Lewat 10 jari seseorang tak lagi perlu datang ke travel untuk membeli tiket. Bisa dibayangkan dahsyatnya peran blogger terhadap suatu daerah. Tak salah jika dikatakan masa depan Pontianak ke depan di tangan para blogger Pontianak. Apa lagi di tengah semakin tidak bermutunya pemberitaan media mainstream. Tidak informative, bahasa kering-kerontang, provokatif, sadisme, dan seterusnya.
***
Kulirik layar HP low end milikku yang baru saja aku beli dengan menukar HP lama yang sinyalnya kadang ada, kadang hilang. Jam sudah menunjukkan pukul 21.30. “Sudah larut,” batinku.
Aku dan Mering harus segera balik ke kantor. Masih ada tulisan wartawan daerah yang belum selesai diedit. Jika terlambat maka semua proses produksi juga akan terlambat. Akibatnya besok pagi koran datang siang di hadapan pembaca.
Di luar hujan masih rintik-rintik. Kupacu Yamaha YT-115 milik Mering menuju kantor. Kami harus segera tiba agar pekerjaan bisa diselesaikan. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari pertemuan sederhana itu. Masa depan Pontianak di tangan Blogger.
4 komentar:
Hehehe, seneng bisa kenalan dengan abang :)
BTW hidup blogger pontianak :)
salam kenal, bang
cayooo!!blogger pontianak...
"Masa depan Pontianak di tangan Blogger", aiihh..kata2nya mantep benerr, memacu semangat buat terus nulis dan nulis, CayOoo Blogger Pontianak!! :D
Bang Rizko, mbak eNPe serta Fifi trims ya komentarnya. Maaf baru sempat dibalas...
Semanat...semangat...
Post a Comment