Sepenggal Doa untuk Ultah Gagas

Putra kami, Castilo Gagas Panamuan, besok merayakan ulang tahunnya yang ketujuh. Sebagai bentuk cinta dan harapan, saya membuatkan doa buat dia. Doa ini aku sadur dari doa untuk anak di buku Puji Syukur serta aku tambahi dan kurangi di beberapa bagian.

Doa ini kemudian aku print, masukkan ke amplop dan besok pagi sebelum ia berangkat sekolah akan aku serahkan ke Lilo.

Selamat ulang tahun Lilo, semoga apa yang kau cita-citakan dikabulkan Tuhan.

Atas nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus, Amin

Tuhan Yesus Kristus,
Kami sekeluarga mengucapkan terima kasih atas kesehatan, kesejahteraan, kebersamaan dan semua rezeki yang telah Engkau berikan selama ini. Terlebih hari ini anak kami, Castilo Gagas Panamuan, merayakan ulang tahun yang ketujuh. Kiranya Engkau berkati dia, dan berikan kesuksesan sehingga apa yang ia cita-citakan dapat terwujud.

Kami berdoa agar Lilo selalu menghormati orangtua, saudara, guru, kakek dan nenek, teman, om dan tante, serta kakak. Tuhan Yesus, bimbing dia agar selalu berprestasi di sekolah dan menjadi anak yang baik. Berikan dia pemahaman atas kasih dan perdamaian. Bimbing dia agar bisa mencintai sesama seperti ia mencintai Dikau. Semoga dimanapun ia berada, bisa membawa kedamaian dan suasana persahabatan.

Ya Tuhan yang mahakuasa, Engkau telah menciptakan Castilo Gagas Panamuan menurut gambar dan citra-Mu sendiri. Terima kasih atas martabat luhur yang Kau berikan kepada dia serta kakaknya Alicia Gita Bamula, dan terima kasih bahwa kami boleh menjadi alat-Mu untuk mengasuh mereka kepada kebijaksanaan-Mu. Jagalah mereka agar semakin menyerupai Engkau, yang semakin besar semakin bertambah pula hikmat-Nya, semakin berkenan pada-Mu dan pada sesama.

Tuntunlah mereka agar tetap setia pada panggilannya selaku orang Katolik; bantulah mereka menekuni tugas mereka dengan penuh semangat dan tanggung jawab; lindungilah mereka dari segala marabahaya. Terangilah mereka dalam memilih jalan hidup yang selaras dengan kehendak-Mu.

Semoga mereka setia kepada jalan hidup yang telah mereka pilih, dan dapat menjadikan panggilannya sebagai sarana pengabdian kepada masyarakat, kepada jemaat, dan kepada-Mu sendiri. Bila mereka mengalami kesulitan, sudilah Engkau selalu mandampingi, jangan sampai mereka lemah semangat apa lagi putus asa.

Kami mohon berkat-Mu bagi anak-anak yang terpaksa berpisah dari orangtua, lalu mengikuti orangtua asuh; semoga dalam keluarga baru ini pun mereka mendapatkan kasih yang mereka perlukan. Kami berdoa pula bagi anak-anak yang karena berbagai sebab tidak memperoleh bimbingan selayaknya. Peliharalah mereka, dan bantulah kami agar dapat turut serta mendampingi mereka menyiapkan masa depan.

Terlebih lagi kami berdoa bagi anak-anak yang terlantar dan gagal. Sudilah Engkau membangkitkan kasih dalam setiap orang untuk membantu mereka membina masa depan yang penuh harapan.

Permohonan ini kami serahkan kepada kebijaksanaan-Mu, Bapa, sebab Engkaulah Bapa sekalian anak, demi Kristus, Tuhan kami.
Amin.


Pontianak, Jumat 31 Juli 2009
Doa ini dari Bapak Stefanus Akim & Mama Benedicta untuk Castilo Gagas Panamuan yang berulang tahun serta kakak Alicia Gita Bamula yang turut berbahagia.

[ read the rest of this entry » ]

Thursday, July 30, 2009 |

Melawan dengan Talenan

Sekilas judul di atas nyaris sama dengan sebuah judul buku yang ditulis Sobron Aidit dan Budi Kurniawan, “Melawan dengan Restoran”. Keduanya sama-sama bicara soal makanan.

Jika restoran tempat yang menjual makanan, maka talenan atau alas untuk memotong sayur dan daging, bagian kecil dari restoran itu. Posisinya berada di bagian belakang. Namun di restoran-restoran Tionghoa yang umumnya menyajikan makanan hangat dan bisa kita intip cara memasaknya, talenan biasanya berada di bagian depan.

Sekali lagi, Melawan dengan Restoran sangat berbeda dengan Melawan dengan Talenan. Jika yang pertama locus delicti atau tempat kejadian perkaranya di negara Presiden Nicolas Sarkozy – Italia – Sedangkan yang

Melawan dengan Restoran adalah sebuah buku yang menceritakan bagimana Sobron Aidit bersama teman-temannya antara lain Umar Said, JJ Kusni, Budiman Sudharsono, dan teman-temannya “bertahan untuk hidup” di Paris dengan membuat Restoran Indonesia pada Desember 1982.

Sobron Adit adalah adik kandung Dipa Nusantara Aidit, tokoh PKI. Sedangkan JJ Kusni adalah penulis dan penyair yang lahir di Kasongan, Kalimantan Tengah 25 September 1940. Penulis Dayak ini sering menggunakan nama pena Magusig O Bungai.

Sementara Umar Said lahir di Desa Pakis, Malang, Jawa Timur, pada 26 Oktober 1928. Pada 1950-1953 Umar Said pernah menjadi wartawan di suratkabar Indonesia Raya dan beberapa koran lain.

Dikisahkan dana untuk membuka restoran mereka peroleh dari berbagai sumber, terutama dari sejumlah pendukung di Belanda, dari Gereja Katolik, dan dari uang tunjangan yang mereka terima selama dua tahun dari pemerintah Perancis. Ada juga bantuan dari sejumlah teman orang Perancis yang bersimpati dengan nasib mereka.

Membaca buku ini kita akan melihat bahwa perlawanan tak selalu dengan kekerasan. Perlawanan tak selalu dilakukan dengan pengerahan massa, dan tak selalu dengan angkat senjata.

Terakhir, apapun yang kita baca biasanya selalu ada yang membekas. Bagi sebagian orang yang menyukai politik, pergerakan, dan perlawanan, ini semacam darah segar dan mungkin juga menjadi inspirasi untuk menyusun perlawanan terhadap rezim yang berkuasa.

Namun, bagi istriku sehari setelah membaca buku ini ia mengganti talenan, dari kayu menjadi plastik. Saat kutanya perihal perubahan itu ia berujar, “Di buku itu disebutkan, pemerintah Prancis melarang restoran menggunakan talenan kayu, harus pakai plastik. Alasannya di bahan kayu bakteri sulit dibersihkan dan bakteri mudah berkembang biak beda dengan plastik.”

[ read the rest of this entry » ]

Thursday, July 23, 2009 |