Hasil test kolesterol yang saya lakukan di bagian medical check up RSU. Santo Antonius menunjukkan angka cukup tinggi. Di sisi lain, saya juga mulai terserang hipertensi atau tekanan darah tinggi. Wah gawat nih…
Terpaksa dalam beberapa waktu yang tak terhingga saya harus mulai mengerem diri terhadap makanan yang mengandung lemak hewani. Tentu saja daging.
Menurut salah seorang petugas kesehatan, tekanan darah saya 100/140. Sementara yang dipersyaratkan WHO, 90/120. ”Ini sudah hipertensi lho pak. Kalau dulu mungkin masih dianggap normal, tapi sekarang tidak,” celotehnya dan saya tinggal menjadi burung beo. Angguk sana, angguk sini.
”Lantas kalau hipertensi, bisa menyebabkan apa bu,” tanyaku.
”Wah lambat-laun bahaya pak. Untuk jangka panjang, banyak penyakit yang bisa muncul,” sambungnya.
Petugas tersebut mengatakan, nantinya jika tak segera diobati bisa stroke. Bisa cuci darah karena merusak fungsi ginjal dan serangan jantung. Aku bergidik juga mendengarnya. Ia menyarankan supaya segera diobati dan mengontrol makanan.
”Gile,” batinku.
“Dia memang berbakat hipertensi dan kolesterol tinggi. Keluarganya banyak yang stroke,” sambung istriku yang turut menemani selama proses pemeriksaan.
Ternyata hipertensi ada juga karena faktor keturunan. Jika kakek, nenek, atau, ibu, hipertensi, hal itu bisa turun kepada keluarganya.
Parahnya seorang teman mulai bergurau dan mengatakan, kalau sudah demikian tak sampai 50 tahun sudah pasti meninggal.
Menurut sejumlah literature yang saya baca, tingkat kolesterol total di bawah 5,2 dianggap baik, dan di atas 6,2 dianggap buruk. HDL adalah kolesterol baik. Kolesterol ini dapat diukur pada contoh darah yang diambil tanpa puasa. Semakin tinggi tingkat HDL semakin baik. Tingkatnya di atas 1,0 dianggap baik.
LDL adalah kolesterol buruk. Tingkat LDL dihitung memakai rumusan yang mencakup tingkat trigliserida. Contoh darah yang diambil setelah puasa dipakai untuk mengukur tingkat trigliserida atau untuk menghitung kolesterol LDL. Tingkat LDL di bawah 2,6 dianggap baik, sedangkan bila di atas 4,1 menunjukkan risiko tinggi terhadap penyakit jantung. Analisis terhadap hasil uji coba klinis yang baru dilakukan menemukan bahwa, untuk pasien berisiko tinggi penyakit jantung, LDL sebaiknya diturunkan di bawah 1,8.
Salah satu penyebab meningkatnya jumlahnya kolesterol karena makanan ekstern yang berasal dari lemak hewani, telur dan yang disebut sebagai makanan sampah (junkfood).
Oleh sebab itu lah mulai sekarang saya bertekad untuk sementara mengontrol makan daging. Bukan takut meninggal cepat, namun melihat sederet akibat yang akan ditimbulkan, bergidik juga dibuatnya.■
Maaf Saya Pantang Makan Daging
di 2:06 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 komentar:
Wadau Bang, kudu jaga2 makan donks..
Ganbatte! semoga sehat selalu.
Post a Comment