PADA tradisi lisan masyarakat Dayak Kanayatn, sebutan Otoh dan Ambek sangat populer.
Otoh sebagai nama pengganti panggilan untuk anak laki-laki yang baru lahir hingga menginjak remaja. Maknanya seperti 'Ucok' dalam masyarakat Batak.
Sedangkan Ambek - sebagian memanggil Ola - dipakai untuk panggilan terhadap anak perempuan. Ambek lebih dominan digunakan Dayak Kanayatn yang mendiami Sungai Ambawang. Sebutan Ola dominan oleh Dayak yang kalau dilihat garis migrasinya berasal dari Kabupaten Landak, contohnya Kampung Retok yang sebagian besar berasal dari Sambih, Sekilap, dan seterusnya. Kalau dipadankan Ambek atau Ola kurang lebih 'Butet' pada masyarakat Batak.
Karakter Otoh dan Ambek adalah anak-anak yang disayangi, dikasihi, dan biasanya anak-anak yang kehadirannya benar-benar diharapkan.
Kadang agak lucu juga, mungkin karena keterusan hingga orang yang bersangkutan sudah dewasapun sebutan tersebut masih dipakai.
Kini, mungkin karena perkembangan waktu mulai jarang anak-anak dipanggil dengan Otoh atau Ambek. Padahal penggilan tersebut memiliki karakter yang kuat. *
Stefanus Akim | Tribun Pontianak
Powered by BlackBerry® via Mangkok Merah
Karakter Otoh dan Ambek
Ubah Wajah
LAMA tak dipoles, blog ini ibarat rumah yang catnya memudar. Meskipun mungkin belum akan roboh, namun tamu dan para tetangga pasti sudah mulai bosan melihat cat dan bentuk rumah yang itu-itu saja. Tak ada perubahan, semua monoton, dan dan tak inovatif. Lama-lama tak ada yang mau berkunjung atau sekadar melongo di teras rumah.
Malam ini beberapa bagian coba saya ubah dan perbaiki. Meskipun demikian template lama tetap dipertahankan. Entah mengapa, saya suka template ini, setidaknya hingga saat ini.
Meski terkesan klasik, namun template model ini ringan ketika di-scoll pakai mouse. Teman-teman sudah berubah, bahkan sudah berlari. Tak hanya tampilan, namun juga konten. Sementara saya masih terus berbenah.
Sibuk, selalu menjadi kambing hitam untuk membunuh kreatifitas. Semoga...perjalanan hari ini kembali membangkitkan semangat...
Powered by BlackBerry® via Mangkok Merah
Alicia Sabet Medali Perunggu
Powered by BlackBerry®
Segelas Kopi Inspirasi
MATA memang agak ngantuk, tadi malam baru tiba di rumah sekitar pukul 02.00 WIB, tapi ada daya "tugas negara", mengantarkan istri tercinta harus dilakoni juga. Mengantar ke tempat kerja, sambil bercengkerama sepanjang perjalanan.
Seorang teman berguyon, mengantarkan istri adalah kutukan. "Mengapa?" Tanyaku. "Iyalah, saat lajang, kita awalnya manusia bebas. Mau ngapain juga gak apa-apa. Setelah menikah kita jadi terikat," katanya.
Aku hanya tersenyum, aku yakin temanku hanya bergurau, sebagai selingan menghilangkan jenuh dari segala rutinitas yang membunuh kreativitas.Pontianak, masih berembun. Ini yang aku suka, semua terasa sejuk. Merasuk hingga ke dalam jiwa. Titik-titik, embun membuat segar. Aku baru sadar, ternyata berangkat dari rumah belum mandi pagi.
Sebelum melakukan aktivitas lain, segelas kopi mungkin bisa menghilangkan kantuk dan membangkitkan inspirasi hari ini.
Pagi ini, nggak mampir di warung kopi langganan di seputaran "Pecinan". Mungkin Acek mencari-cari, kemana satu orang langgananku kok belum mampir.
Pilihan jatuh ke kawasan Untan. Banyak kenangan di tempat ini, aku rindu memanggul ransel pakai sendal jepit, kaos oblong, dan jins lusuh.
Meski kopinya tak seenak buatan Si Acek, tapi okelah nikmati saja.
Pengunjung cukup ramai, tapi tak satu orangpun kukenal. Aku merasa asing sendiri. Untungnya ada smartphone dan laptop, maka kutuliskan saja apa yang melintas.
Sent from BlackBerry®
Rakit Penyeberangan
--------------------------------------------------
Stefanus Akim
http://stefanusakim.blogspot.com
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
--------------------------------------------------