Siapa yang akan mengira Jerman akan takluk dari Korea Selatan? Siapa yang akan mengira Italia dan Belanda tak jadi peserta piala dunia. Tapi itulah kejutan-kejutan di sepak bola, sama seperti kejutan-kejutan di Pilkada. Menang di lembaga survei, serta menjanjikan Anda akan menang di Pilkada belum tentu hasilnya sama.
Begitupun sepak bola. Unggul materi pemain serta pelatih bonafid, tak menjanjikan negara Anda akan juara atau bahkan masuk final juara dunia. Apalagi kalau hanya unggul wives and girlfriends (WAGs) - nah ini saya ngacoooo. Hahahahaha
Setakat ini sudah ada 12 negara yang tak lolos babak 16 besar dari delapan grup di babak penyisihan. Di Grup A ada Saudi Arabia dan Mesir, di Grup B ada Iran dab Maroko, di grup C ada Peru dan Asutralia. Di grup D ada Nigeria dan Islandia. Di grup E ada Serbia dan Kosta Rika, grup F ada Korea Selaran dan Jerman.
Kita masih harap-harap cemas menunggu hasil pertandingan Grup H, karena Jepang (katanya sih saudara tua kita, lewat Jepang cahaya Asia, dst) dan Senegal masing-masing mengantongi 4 angka hasil dari satu kali menang dan satu kali kalah.
Jepang tentu masih ada harapan lolos meskipun peluang terendah akan jadi runner up. Hitung-hitungannya, jika menang lawan Polandia yg sekarang berada di dasar klasemen maka Jepang akan mendapat 7 angka. Jika seri Jepang akan dapat total 5 angka, jika kalah maka akan tetap 4 angka.
Yang jantungnya masih dagdigdug tentu saja Senegal, karena jika kalah lawan Kolombia maka akan terkudeta. Jika melihat materi pemain, maka kemungkinan itu berpihak kepada Kolombia.
Barangkali dagdigdug-nya Mbaye Niang - straiker Senegal - sama seperti sebagian besar peserta dan pendukung Pilkada yang memantau quick count saat ini. Kenapa? predikasi Senegal kalah. Rumah-rumah taruhan pun menempatkan Mbaye Niang di posisi yang kalah.
Dagdigdug juga pasti dirasakan Radamel Falcao - straikernya Kolombia yang sekarang main di PSG. Sebab, meskipun diunggulkan, tapi kan baru diunggulkan lewat prediksi. Belum tentu juga dia kan kawan-kawannya bisa melewati hadangan Senegal. Ya, kondisi Radamel Falcao sama lah dengan kandidat Pilkada yang diunggulkan lembaga survei. Hihihihi
Yang tentu saja tak terlalu dagdigdug tentu saja di Grup G. Apa pun hasilnya, Inggris dan Belgia tetap akan lolos. Sedangkan Tunisia dan Panama pasti akan balek abah alias pulang kampung.
Sepakbola memang unik. Sama unik-nya seperti Pilkada. Selalu ada saja kejutan, mulai dari proses hingga hasil akhirnya. Salah satu kejutan di Pilkada buat saya adalah ketika putri saya yang baru beberapa hari punya e-KTP bangunkan saya pagi-pagi. Setengah memaksa ia minta ditemani daftar di DPT tambahan. Saya tanya mengapa mau ikut memilih? Jawabannya sedikit mengejutkan, "Perempuan harus pilih perempuan, Pak. Ini persamaan gender."
"Hillary Clinton kalah kena Donald Trump, karena tak semua perempuan Amerika pilih Hillary."
Dalam hatiku berujar. "Nak, coba gak buatkan bapak kopi di dapur sana. Jangan bahas politik, bapak masih ngantuk. Kalau bahas bola masih oke lah!"
Kembali kepada sepak bola. Sepak bola tentu saja tak bisa dilihat linear. Sebab ada faktor-faktor pendukung di sekelilingnya yang juga berperan. Mulai dari perangkat pertandingan, rumah taruhan dan terbaru tentu saja VAR (video assistant referee).
Pelatih Manchester United asal Portugal, Jose Mourinho pernah berujar, "Sepakbola dan Piala Dunia selalu penuh kejutan. Di situlah keindahan sepakbola yang selalu menyenangkan, membuat orang-orang yang mencintai sepakbola semakin bahagia."
Pilkada juga begitu...banyak faktor yang bisa menetukan kalah menang. Bahkan yang sudah menang pun bisa kalah kalau ada uji materil di MK misalnya. Sama lah seperti penalti Jepang ketika melibas Jerman, awalnya dianggap offside, tapi setelah wasit melihat VAR akhirnya disahkan.
Terus jagoan Anda di Piala Dunia kali ini siapa? Senior saya Marcellus Basso sih sudah menetapkan hati kepada Prancis. Dua hari lalu sekitar pukul 20.00 WIB, dia kirim WhatsApp kepada saya, bunyinya gini. "Malam, Bro. Dua pertanyaan. 1. Siapa pemenang piala dunia, 2. Siapa pemenang Pilgub?"
"Brazil bang! Kalau dak ya Portugal. Karena di situ ada Ronaldo, saya Madridistas wajib dukung Ronaldo." Hahahahaha
"Kalau saya Prancis. Dulu saya jagokan Italia, eh menang." Kata beliau.
Bang Marsellus Basso, tapi terakhir, saat saya tulis ketikan ini saya ingin Rusia terus melaju. Kenapa Rusia? "Saya suka melihat WAGS Rusia, ada manis-manisnya...Hihihi
Kalau pun Brazil, Portugal, atau Rusia dan lolos saya tetap akan nonton piala dunia kali ini. Saya dak akan mogok apalagi nangis bombai seperti teman saya pendukung Jerman. Dia berhenti nonton sepak bola karena Jerman tersingkir.
Nikmatilah perhelatan Pilkada kali ini dengan segala dinamikanya sambil kita sebatas mengusulkan strategi berikutnya. Sebab, sama seperti ketika nonton sepak bola, kita hanya bisa teriak-teriak di depan televisi, sedangkan yang berhak menentukan pemain adalah pelatih. Kita marah-marah bilang pelatih Argentina, Mr Sampaoli lingau karena tak turunkan Paulo Dybala pun dak ngaruh sama dia. Tetap saja Sampaoli pasang Gonzalo Gerardo Higuaín dan Angel Fabián di María Hernández.
Nah, meneruskan pertanyaan Bang MArsellus Baso. Siapa pemenang piala dunia menurut Anda? Siapa pemenang Pilgub Kalbar?
Selalu ada Tsunami Sepak Bola, dan juga Pilkada
Selamat Jalan Pastor Johan
Status BlackBerry Messenger Pastor Egi OFM Cap tadi pagi membuat saya kaget.
Saya kenal dengan orang yang dimaksudkan Pater Egi. Tahun 1993 ketika saya masuk Wisma Widya, asrama Seminari St Paulus Nyarumkop di Singkawang, Pastor Vigilius Johan OFM menjabat sebagai pembina asrama kami. Sebagai pembina asrama tentu saja Pastor Johan - begitu kami memanggilnya - setiap hari berhubungan dengan kami. Mulai pukul 04.00 WIB subuh, Pastor Johan sudah membunyikan bel listrik dari kamar sederhana berukuran sekitar 3x4 meter. Kami para siswa seminari tidur di loteng yang jumlahnya sekitar 100 lebih. Di pojok loteng itulah kamar Pastor Johan nyempil. Bel yang beliau bunyikan tentu saja membuat di antara kami menggeruti. Apalagi suasana di asrama yang tak jauh dari kaki gunung poteng itu sangat dingin.
Pukul 04 subuh tentu saja masih enak tidur dan masih ingin menarik selimut. Meski bel sudah berkali-kali dibunyikan tetap saja ada yang belum bangun. Pastor Johan kemudian menyalakan lampu sehingga ruangan itu terang-benderang. Meski begitu tetap saja ada beberapa yang masih belum bangun :) Pastor Johan mulai senam dekat ranjang, mau tak mau semua pada bangun. Doa pagi dimulai...kadang tidak jelas apa yang kami ucapkan. Sekilas seperti suara lebah saja.
Air Sungai Sekabu yang dialirkan ke bak mandi ukuran raksasa meluap karena kepenuhan. Air itu dingin, apalagi tadi malam hujan teras. Di antara kami masih ada yang ogah-ogahan mandi, Pastor Johan mondar-mandir.
"Mandi lagi," perintahnya.
Pukul 05.00 misa pagi dimulai di kapel kecil berjarak sekitar 10 meter dari asrama. Posisinya di atas bukit kecil, di kiri-kanan ada bunga, lapangan dengan rumput yang hijau, ada pula lapangan voli. Bangunan dan taman itu mengikuti kontur tanah. Ada tangga dari semen menuju samping kapel itu, ada pula tangga tanah di depan kapel.
Pagi itu burung gereja yang bersarang di sisi luar kapel sudah riuh. Pastor Johan yang selalu menggunakan jubah cokelat capusin-nya ketika misa atau ibadah sudah masuk 10 menit sebelum pukul 05.00. Dia duduk di bangku barisan belakang. Berlutut, tangan dikepalkan dan hening. Jarang kami melihat ia terlambat, jarang pula kami melihat dia meninggalkan jubahnya saat masuk ke kapel.
"Tuliskan lah doa mu setiap pagi untuk siapa dan apa. Jangan lupakan doa untuk orangtua," kata Johan suatu ketika.
Pukul 05.30 misa selesai. Di antara kami ada yang bertugas mengambil bubur di dapur umum. Ukurannya dandangnya besar, sekitar 30-50 liter dan ada 4 dandang besar. Kemudian ada yang bertugas membagikan bubur di dalam baskom, selanjutnya disimpan di meja masing-masing sesuai kelompok.
"Kring...kring...kring." Pastor Johan mulai membunyikan bel. Pukul 06.00 semua masuk ruang makan dan duduk di meja masing-masing.
"Kring...kring...kring." Seorang di antara kami mendapat tugas memimpin doa. Ada yang suka jahil, doanya dipanjang- panjangkan dan membuat jengkel. Ada pula yang berdoa pendek-pendek supaya cepat-cepat sarapan.
Di sela-sela sarapan pagi, Pastor Johan membawa setumpuk surat. Yang paling ditunggu-tunggu tentu saja Wesel Pos, sebab isinya uang kiriman dari orangtua di kampung. Satu persatu nama dipanggil dan maju ke depan...yang belum dipanggil hanya senyum-senyum, semoga besok kiriman wessel gak terlambat.
Dua puluh menit kemudian sarapan pagi selesai. Usai beres- beres, kami bergegas menuju sekolah. Sekolah masih satu lingkungan dengan asrama, cukup berjalan kaki sekitar 200 meter. Bangunan asrama dan sekolah dihubungkan jalan yang di semen, di antaranya ada sedikit mendaki.
Dalam sepekan, dua kali kami beres-beres asrama. Pekerjaannya dibagi. Mulai mencari rumput untuk sapi pastoran, membersihkan kamar mandi, loteng tempat tidur, menebas rumput halaman dan jalan, membersihkan kapel, hingga ruang makan. Pastor Johan juga ikut bersih-bersih, ia juga sama seperti kami. Usai sekolah kami makan siang, kemudian tidur siang.
Pukul 14.00 bangun dan biasanya olahraga. Ada pula jadwal ekstra kulikuler. Pukul 18.00 jadwal makan malam. Ada jeda sampai pukul 19.00 untuk nonton televisi. Setelahnya jam wajib belajar sampai pukul 21.00. Pastor Johan inspeksi mengawasi ruangan tempat kami belajar. Usai belajar ditutup dengan doa malam di kapel sekitar 10 menit.
Malam diakhiri dengan acara nonton televisi di ruang rekreasi atau ngobrol, main gitar, atau kegiatan lain. Pukul 22.00, jadwal tidur. Televisi yang umumnya siaran TV3 Malaysia dimatikan. Mister Os dan P Ramlee menjadi tontonan favorit. Di antara kami ada yang bertugas sebagai pemegang gembok televisi.
Pastor Johan menemani hari-hari kami. Kadang ada jadwal untuk berkonsultasi pribadi. Dia menyediakan dirinya untuk menjadi teman, abang, pastor, bahkan ayah bagi kami.
Satu yang tak bisa dilupakan Pastor Johan sangat disiplin. Di luar itu, Pastor Johan ternyata cerdas. Nilainya di kampus selalu A. Namun ia cenderung tak menonjolkan diri.
Sejak meninggalkan Wisma Widya tahun 1996, saya tak pernah lagi bertemu Pastor Johan. Tiba-tiba mendapat kabar dia sudah wafat. Selamat jalan Pastor...Yesus menjagamu. Terimakasih sudah mengajari kami untuk disiplin, bekerja keras, berani menggantungkan cita-cita, dan belajar menghargai perbedaan. *
Menunggu Kepak Elang Khatulistiwa
Foto: Galih Nofrio Nanda LATIHAN - Skuad Persipon berlatih untuk menghadapi kompetisi di Divisi Utama. |
Seleksi tersebut dipimpin asisten pelatih Syahril serta dipantau tiga orang lainnya. Sebanyak 54 pemain lokal mengikuti ajang ini. Persipon membutuhkan 25-30 pemain untuk berlaga di divisi utama. Sebanyak 70 persen skuad Persipon diisi pemain lokal dan sisanya diisi pemain dari luar, baik dari Jawa maupun dari daerah lain. Kita tentu saja berharap banyak dari Persipon yang akan berlaga di Divisi Utama PSSI Musim 2013. Jika selama ini Persipon hanya mentok di Divisi I, kesempatan emas ini kita harapkan tak disia-siakan oleh segenap pengurus.
Kita tahu, sepak bola adalah olahraga yang memiliki magnet yang luar biasa. Kita juga ingin agar Persipon semakin dicintai warga Pontianak bahkan Kalbar, seperti klub-klub besar di Jawa yang memiliki pendukung fanatik. Setelah melakukan proses seleksi lokal untuk melihat dan menguji kekompakan, selanjutnya Persipon akan melakukan tes fisik para pemain. Kita ingin yang terpilih adalah para pemain yang benar-benar memiliki kamampuan mumpuni, tak hanya skill individu namun juga kerjasama tim yang baik.
Seperti kita ketahui sepak bola adalah olahraga yang mengutamakan kerjasama tak hanya kemampuan individu semata. Oleh sebab itu maka perpaduan antara skill individu dan kerjasama sangat menentukan keberhasilan tim sepak bola. Kita berharap pemain terbaiklah yang kelak bisa terpilih. Kita tak ingin saat kompetisi Liga Utama PSSI Musim 2013 dimulai Persipon terseok-seok dan akhirnya berada di posisi paling buntut bahkan didegradasi kembali ke Divisi I.
Masyarakat Kalbar tentu saja sudah lama mengimpikan agar ada klub kebanggannya yang ikut berlaga di Liga Utama, setara dengan daerah lain. Apalagi selama ini bisa dikatakan hanya Kalimantan Barat yang belum pernah mencicipi atmosfir Divisi Utama. Bandingkan mislanya dengan Kalimantan Timur yang sudah malang melintang di pentas Nasional. Rakyat Kalbar sudah lama menginginkan ada panji-panji Elang Khatulistiwa yang berkibar di stadion-stadion besar dan disejajarkan dengan klub sepakbola di kota lain. Harapan itu sebenarnya sudah terbentang di depan mata. Tinggal kita tunggu saja kerja keras dan keseriusan dari pengurus Persipon.
Tentu saja dukungan publik terhadap tim kesayangan ini juga dibutuhkan. Sehingga ketika berlaga mereka tak merasa sendiri, namun ada spirit dari masyarakat Kalbar yang dibawa saat berlaga melawan tim-tim tangguh lainnya. Setelah selesai menyeleksi skuad yang akan masuk ke tim Persipon, PT Persipon Elang Khatulistiwa masih punya pekerjaan rumah lain. Di antara pekerjaan tersebut adalah memilih pelatih yang sesuai. Kabar berembus sudah ada tiga hingga empat pelatih dari luar Kalimantan yang mengajukan proposal untuk menukangi Elang Khatulistiwa. Kita berharap yang nantinya terpilih adalah pelatih terbaik dan bisa menanamkan pondasi kuat untuk dunia persepakbolaan Kalimantan Barat.
Pekerjaan rumah lainnya yang juga harus diselesaikan oleh PT Persipon Elang Khatulistiwa adalah pembenahan lapangan. Dalam kunjungan tim Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) di Pontianak beberapa waktu lalu sejumlah permintaan harus dibenahi oleh manajemen Persipon. Di antaranya untuk lapangan diminta penambahan tribun penonton dan rumput di lapangan tengah. Sekilas memang tak terlalu berat, namun jangan sampai hal ini menjadi sandungan Persipon saat akan berlaga.
Di tangan dingin CEO PT Persipon Elang Khatulistiwa Hery Halidi beserta pelatih, manajemen, dan segenap pemain kita harapkan tim kebanggan masyarakat Kalbar ini bisa mengepakkan sayapnya. Sudah saatnya sepakbola Kalimantan Barat diperhitungkan di pentas nasional. Bravo Persipon. *
Karakter Otoh dan Ambek
PADA tradisi lisan masyarakat Dayak Kanayatn, sebutan Otoh dan Ambek sangat populer.
Otoh sebagai nama pengganti panggilan untuk anak laki-laki yang baru lahir hingga menginjak remaja. Maknanya seperti 'Ucok' dalam masyarakat Batak.
Sedangkan Ambek - sebagian memanggil Ola - dipakai untuk panggilan terhadap anak perempuan. Ambek lebih dominan digunakan Dayak Kanayatn yang mendiami Sungai Ambawang. Sebutan Ola dominan oleh Dayak yang kalau dilihat garis migrasinya berasal dari Kabupaten Landak, contohnya Kampung Retok yang sebagian besar berasal dari Sambih, Sekilap, dan seterusnya. Kalau dipadankan Ambek atau Ola kurang lebih 'Butet' pada masyarakat Batak.
Karakter Otoh dan Ambek adalah anak-anak yang disayangi, dikasihi, dan biasanya anak-anak yang kehadirannya benar-benar diharapkan.
Kadang agak lucu juga, mungkin karena keterusan hingga orang yang bersangkutan sudah dewasapun sebutan tersebut masih dipakai.
Kini, mungkin karena perkembangan waktu mulai jarang anak-anak dipanggil dengan Otoh atau Ambek. Padahal penggilan tersebut memiliki karakter yang kuat. *
Stefanus Akim | Tribun Pontianak
Powered by BlackBerry® via Mangkok Merah
Ubah Wajah
LAMA tak dipoles, blog ini ibarat rumah yang catnya memudar. Meskipun mungkin belum akan roboh, namun tamu dan para tetangga pasti sudah mulai bosan melihat cat dan bentuk rumah yang itu-itu saja. Tak ada perubahan, semua monoton, dan dan tak inovatif. Lama-lama tak ada yang mau berkunjung atau sekadar melongo di teras rumah.
Malam ini beberapa bagian coba saya ubah dan perbaiki. Meskipun demikian template lama tetap dipertahankan. Entah mengapa, saya suka template ini, setidaknya hingga saat ini.
Meski terkesan klasik, namun template model ini ringan ketika di-scoll pakai mouse. Teman-teman sudah berubah, bahkan sudah berlari. Tak hanya tampilan, namun juga konten. Sementara saya masih terus berbenah.
Sibuk, selalu menjadi kambing hitam untuk membunuh kreatifitas. Semoga...perjalanan hari ini kembali membangkitkan semangat...
Powered by BlackBerry® via Mangkok Merah
Alicia Sabet Medali Perunggu
Powered by BlackBerry®
Segelas Kopi Inspirasi
MATA memang agak ngantuk, tadi malam baru tiba di rumah sekitar pukul 02.00 WIB, tapi ada daya "tugas negara", mengantarkan istri tercinta harus dilakoni juga. Mengantar ke tempat kerja, sambil bercengkerama sepanjang perjalanan.
Seorang teman berguyon, mengantarkan istri adalah kutukan. "Mengapa?" Tanyaku. "Iyalah, saat lajang, kita awalnya manusia bebas. Mau ngapain juga gak apa-apa. Setelah menikah kita jadi terikat," katanya.
Aku hanya tersenyum, aku yakin temanku hanya bergurau, sebagai selingan menghilangkan jenuh dari segala rutinitas yang membunuh kreativitas.Pontianak, masih berembun. Ini yang aku suka, semua terasa sejuk. Merasuk hingga ke dalam jiwa. Titik-titik, embun membuat segar. Aku baru sadar, ternyata berangkat dari rumah belum mandi pagi.
Sebelum melakukan aktivitas lain, segelas kopi mungkin bisa menghilangkan kantuk dan membangkitkan inspirasi hari ini.
Pagi ini, nggak mampir di warung kopi langganan di seputaran "Pecinan". Mungkin Acek mencari-cari, kemana satu orang langgananku kok belum mampir.
Pilihan jatuh ke kawasan Untan. Banyak kenangan di tempat ini, aku rindu memanggul ransel pakai sendal jepit, kaos oblong, dan jins lusuh.
Meski kopinya tak seenak buatan Si Acek, tapi okelah nikmati saja.
Pengunjung cukup ramai, tapi tak satu orangpun kukenal. Aku merasa asing sendiri. Untungnya ada smartphone dan laptop, maka kutuliskan saja apa yang melintas.
Sent from BlackBerry®
Rakit Penyeberangan
--------------------------------------------------
Stefanus Akim
http://stefanusakim.blogspot.com
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
--------------------------------------------------