Melawan dengan Talenan

Sekilas judul di atas nyaris sama dengan sebuah judul buku yang ditulis Sobron Aidit dan Budi Kurniawan, “Melawan dengan Restoran”. Keduanya sama-sama bicara soal makanan.

Jika restoran tempat yang menjual makanan, maka talenan atau alas untuk memotong sayur dan daging, bagian kecil dari restoran itu. Posisinya berada di bagian belakang. Namun di restoran-restoran Tionghoa yang umumnya menyajikan makanan hangat dan bisa kita intip cara memasaknya, talenan biasanya berada di bagian depan.

Sekali lagi, Melawan dengan Restoran sangat berbeda dengan Melawan dengan Talenan. Jika yang pertama locus delicti atau tempat kejadian perkaranya di negara Presiden Nicolas Sarkozy – Italia – Sedangkan yang

Melawan dengan Restoran adalah sebuah buku yang menceritakan bagimana Sobron Aidit bersama teman-temannya antara lain Umar Said, JJ Kusni, Budiman Sudharsono, dan teman-temannya “bertahan untuk hidup” di Paris dengan membuat Restoran Indonesia pada Desember 1982.

Sobron Adit adalah adik kandung Dipa Nusantara Aidit, tokoh PKI. Sedangkan JJ Kusni adalah penulis dan penyair yang lahir di Kasongan, Kalimantan Tengah 25 September 1940. Penulis Dayak ini sering menggunakan nama pena Magusig O Bungai.

Sementara Umar Said lahir di Desa Pakis, Malang, Jawa Timur, pada 26 Oktober 1928. Pada 1950-1953 Umar Said pernah menjadi wartawan di suratkabar Indonesia Raya dan beberapa koran lain.

Dikisahkan dana untuk membuka restoran mereka peroleh dari berbagai sumber, terutama dari sejumlah pendukung di Belanda, dari Gereja Katolik, dan dari uang tunjangan yang mereka terima selama dua tahun dari pemerintah Perancis. Ada juga bantuan dari sejumlah teman orang Perancis yang bersimpati dengan nasib mereka.

Membaca buku ini kita akan melihat bahwa perlawanan tak selalu dengan kekerasan. Perlawanan tak selalu dilakukan dengan pengerahan massa, dan tak selalu dengan angkat senjata.

Terakhir, apapun yang kita baca biasanya selalu ada yang membekas. Bagi sebagian orang yang menyukai politik, pergerakan, dan perlawanan, ini semacam darah segar dan mungkin juga menjadi inspirasi untuk menyusun perlawanan terhadap rezim yang berkuasa.

Namun, bagi istriku sehari setelah membaca buku ini ia mengganti talenan, dari kayu menjadi plastik. Saat kutanya perihal perubahan itu ia berujar, “Di buku itu disebutkan, pemerintah Prancis melarang restoran menggunakan talenan kayu, harus pakai plastik. Alasannya di bahan kayu bakteri sulit dibersihkan dan bakteri mudah berkembang biak beda dengan plastik.”

Thursday, July 23, 2009 |

0 komentar: