Listrik Pontianak Membuat Stres

Dua minggu terakhir listrik di Kota Pontianak semakin sering padam. Tak tunggu pagi, siang, sore bahkan malam sekali pun. Tak seperti biasanya, di sejumlah surat kabar lokal tak ada wartawan yang menulis berita soal listrik yang sangat mengganggu ini.

Ternyata teman-teman wartawan sudah bosan ”mengingatkan” PLN yang tak pernah beres mengurusi persoalan listrik. ”Percuma jak ditulis, sepedas apa pun tetap jak tak ade perubahan. Yang ade buat halaman koran kotor jak. Banyak isu lain yang lebih menarik ditulis,” ujar salah seorang wartawan di kantor kami.

Kemarin sore, saat kami semua diburu deadline listrik tiba-tiba padam. Tak lama nyala lagi. Selang beberapa jam kembali padam dan begitu seterusnya hingga beberapa kali.

Sumpah serapah, penghuni kebun binatang, cacai-maki pun meluncur deras. Bahkan maaf - alat-alat reproduksi pun – ikut "berloncatan" dalam gelap.

Berita yang sudah ditulis hilang semua, bahkan kini giliran komputer ku yang ”mati dudok’ tak mau nyala. Untungnya ada bang Iwan, IT kami yang ngotak-ngatik baru nyala. Jika sampai rusak aku tak bisa bayangkan berapa besar kerugian yang harus ditanggung. Bukan dalam bentuk materi, namun sejumlah naskah yang didownload dari internet, koleksi foto dan sebagainya tersimpan dalam hard dish.

Kondisi listrik di Kota Pontianak sempat baik saat menjelang pemilihan gubernur dan wakil gubernur beberapa bulan lalu. Namun setelah perhelatan itu usai kondisinya kembali sama. Listrik tetap nyala, padam, nyala dan padam lagi.

Sejumlah teman mengusulkan untuk mendata alat-alat elektronik yang rusak akibat tegangan yang selalu berubah-ubah secara tiba-tiba seperti ini. kemudian alat-alat tersebut dibawa ke PLN untuk minta ganti rugi. Saya pikir jika usul ini disambut 25 % saja oleh masyarakat Kota Pontianak maka bisa dibayangkan bagaimana kalutnya PLN. Jika usaha ini pun tak berhasil digunakan upaya lain berupa gugatan class action kepada PLN.

Kemudian kerugian-kerugian lain juga di klaim ke PLN. Misalnya data yang hilang di komputer, kerugian tak bisa mem-fotocopy, tak bisa masak karena rice cooker tak nyala, tak bisa minum es, tak bisa nonton berita dan infotainment serta biaya penggantian solar atau bensin untuk menghidupkan genset.

Jika layanan PLN masih begitu-begitu saja, jangan heran jika timbul gerakan seperti itu. Alasan alat rusak atau kekurangan daya sudah membuat masyarakat bosan.

Aku stress tinggal di Pontianak. Bukan karena apa-apa, namun listrik nyala, padam, nyala dan padam lagi.*

Friday, January 18, 2008 |

1 komentar:

Anonymous said...

Dear Bang Akim...

Ya kita semua memang kecewa bang dengan kondisi kelistrikan kita saat ini.

Tapi alangkah baiknya jika kita juga mencari sebab musabab kenapa semua itu terjadi, jangan cma menghujat, mengeluarkan sumpah serapah dsbnya...

Bang bolehkan iko coba menjelaskan dari sisi yang mungkin agak bertolak belakang dengan abg, iko bukan orang PLN namun iko berada pada posisi sebagai Staff di bidang Kelistrikan di Pertamben Kalbar.

Bang, hampir 100% pembangkit yang ada di Kalbar menggunakan Mesin Diesel, dan harga Solar Industri adalah sekitar 6 - 7 ribu tiap liternya. Idealnya tiap 1 liter menghasilkan 3 KWH (itu mesin baru loh) tapi anggap aja begitu.

Nah harga jual 1 KWH adalah Rp. 500 berarti untuk tiap liter Solar yang digunakan mesin hanya dijual dengan harga Rp. 1500

Bisa abg bayangkan kerugian yang ditanggung PLN untuk tiap 1 liter BBM yang digunakannya, dengan kondisi ini sampai kapanpun PLN akan seperti ini (jika masih menggunakan Diesel) tanpa bantuan pemerintah, PLN sudah kolap sejak kapan2 bang.

Nah untuk itu, kami dari pemerintah coba mengusahakan Pembangkit2 baru dengan menggunakan bahan bakar lain seperti Gambut dan Batubaran. Insya Allah dalam waktu kurang dari 5 tahun kedepan kita punya pembangkit Gambut dengan kapasitas 3 x 67 MW, dan batubara untuk tahap awal kalo gak salah 2 x 30 MW

Perlu abg ketahui, sebenarnya harga yang layak untuk 1 KWH listrik yang dihasilkan oleh mesin diesel, yang kita gunakan adalah Rp. 3.000,- nah apa kita sanggup untuk membeli listrik dengan harga segitu ?

Mungkin itu yang bisa iko jelaskan dari sisi lain, tanpa ada maksud membela atau menentang pendapat yang lain, iko coba jelaskan dari sisi matematis efisiensi mesin dan harga dasar KWH yang sangat rendah untuk mesin diesel.

Terima Kasih...