Algojo Paling Mematikan di Abad Modern

Oleh: Stefanus Akim

Judul : Bush dan Hitler
Pengarang : Rh. Widada
Penerbit : Penerbit Bentang
Cetakan : Pertama, Oktober 2007
Halaman : vi + 154; 17,5 cm
___________________________________


Selama ini sudah banyak buku yang membahas tentang Bush maupun Hitler. Namun buku yang membandingkan keduanya atau buku yang membahas kedua tokoh itu dalam satu buku, mungkin baru buku yang dibuat oleh Rahmad (Rh) Widada. Seorang penulis dan editor buku freelance.

Jika dicermati buku ini sesungguhnya terbagi dua bagian besar, yaitu pembahasan tentang Hitler di satu bagian pertama dan George W. Bush di bagian kedua. Barulah dipaparkan kesamaannya.

Pada bagian awal kita diajak penulis untuk masuk lebih dalam siapa kedua tokoh utama. Bagaimana Hitler menapaki karirnya hingga ia “sukses” memimpin Partai Nazi. Kita diajak mulai melihat kehidupan Hitler masa kanak-kanak, bermigrasi, masuk dinas ketentaraan, dipenjara hingga menulis buku Mein Kampf.

Termasuklah menyinggung tentang kebijakan rasial Hitler dan Holocaust.
Begitu pun dengan Bush. Penulis yang alumni Sastra Indonesia Fakultas Sastra UGM, juga membawa penulis untuk menyelidiki kehidupan Bush di masa lalu. Bahkan masih di saat kakek buyutnya memulai bisnis keluarga hingga pengaruh keluarga Bush terhadap Partai Nazi.

Tulisan awal tersebut semacam pembukaan yang akan menghantarkan pembaca untuk tahu lebih dalam kedua tokoh utama. Namun bagi sebagian orang yang sudah membaca buku-buku semacam biography Hitler atau Bush bagian ini mungkin menjemukan. Sebaliknya bagi yang belum pernah membaca biography keduanya, bagian ini adalah bagian cukup penting sebagai pintu masuk agar semua isi buku terserap habis. Setidaknya bisa mengingatkan kembali bacaan-bacaan silam. Dari semua itu bahasa penulis yang juga pernah berkarier sebagai penulis essay, cerpenis serta editor sangat renyah dan enak untuk dibaca.
Bagian sangat penting dari buku ini terletak pada bab 5; Pola-Pola Politik Megalomaniak. Bagian ini sesungguhnya klimaksnya dari bab-bab sebelumnya.

Mengutip sinopsis yang dibuat penerbit, personifikasi Hitler pada diri pemimpin yang tidak disukai Amerika selalu menarik untuk diperhatikan. Ketika pecah perang teluk, Saddam menjadi bulan-bulanan media yang menganggapnya Hitler versi timur tengah. Kemudian, cap Hitler pun sempat mampir pada Presidan Iran, Mahmoud Ahmadinejad, karena meragukan orisinalitas data tentang holocaust.

Ironisnya, dalam konteks invasi terhadap Irak, cap buruk Hitler itu justru berbalik kepada Bush Jr. sendiri, yang sebagian besar dilakukan oleh orang Amerika melalui internet. Gelagat menyamakan Bush dan Hitler ini mungkin bukan sekadar main-main jika penulis memiliki data akurat tentang setiap transaksi bisnis kotor yang pernah dijalankan keluarga Bush semasa pecah perang dunia II. Inilah buku yang mengupas tuntas kelihaian keluarga Bush memperalat orang-orang di sekitarnya untuk kemudian maju menjadi pemimpin sebuah bangsa digdaya bernama Amerika.□

*Edisi Cetak Borneo Tribune 30 Desember 2007

[ read the rest of this entry » ]

Monday, December 31, 2007 |

Semangat Otonomi Daerah dan Kesejahteraan Rakyat

Oleh: Stefanus Akim

Selasa, 17 Juli 2007 gedung Nusantara II DPR RI tak seperti biasanya. Puluhan warga kubu raya, para kepala desa, tokoh masyarakat, mahasiswa, pemuda serta legislatif berkumpul di gedung milik rakyat itu. Kedatangan mereka untuk menyaksikan pemekaran Kabupaten Kubu Raya.

Pada sidang paripurna yang dipimpin Wakil ketua DPR RI, Soetardjo Guritno dan juga dihadiri Gubernur Kalbar H Usman Ja’far serta Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, 10 Fraksi di DPR RI menyatakan menerima dan mengesahkan delapan RUU pembentukan daerah otonom baru menjadi Undang-undang.

Bersama Kubu Raya disyahkan pula Kabupaten Padang Lawas (Sumut), Kabupaten Angkola Sipirok (Sumut), Manggarai Timur (NTT), Kota Tual (Maluku), Kabupaten Tana Tidung (Kaltim), Kota Serang (Banten) dan Kabupaten Pesawan (Lampung).

Kabupaten Pontianak sebagai kabupaten induk, terdiri atas 18 kecamatan, 168 desa dan 213 dusun dengan luas wilayah 8.262 kilometer persegi. Jumlah penduduk 709.933 jiwa. Sedangkan Kabupaten Kubu Raya, terdiri atas 9 kecamatan, 101 desa dan 370 dusun dengan luas 6.985,20 kilometer persegi.

Masyarakat sangat antusias menerima penetapan DPR RI tersebut. Keinginan untuk memekarkan diri sudah sejak lama dinantikan. Keinginan itu dapat dipahami, sebab selama ini untuk urusan administrasi memerlukan waktu yang panjang. Belum lagi jika masyarakat dari kecamatan-kecamatan yang belum bisa ditempuh jalan darat seperti Batu Ampar, Terentang, Kubu, Telok Pakedai, atau Kuala Mandor B. Dengan dilakukan pemekaran diharapkan memperpendek rentang kendali antara ibu kota kabupaten dan masyarakat di kecamatan-kecamatan.

“Bayangkan saja jika masyarakat dari Padang Tikar, Kecamatan Batu Ampar yang ingin mengurus surat-menyurat di Mempawah. Mereka harus turun menggunakan motor air, kemudian naik bis kota dilanjutkan dengan bis menuju Mempawah,” ujar Mustafa MS, S.Ag, politisi Partai Golkar asal Padang Tikar.

Belum lagi jika urusannya tak selesai, baik karena pejabatnya tak ada di tempat atau ada administrasi yang kurang. Maka tentu saja yang berurusan harus nginap di Mempawah dan tentu saja tambahan biaya lagi untuk biaya akomodasi.

Banyak harapan digantungkan dengan terbentuknya Kubu Raya – kabupaten yang baru dimekarkan – salah satunya fasilitas infrastruktur. Baik jalan raya, puskesmas, sekolah, jembatan dan irigasi.

Selama ini mungkin karena wilayah yang terlalu luas, kue pembangunan tak tersebar merata. Dari satu kecamatan ke kecamatan lain tak semuanya bisa dihubungi lewat jalan darat. Begitu pun tak semua kecamatan memiliki gedung SMA atau SMP. Baru dua tahun terakhir semua kecamatan memilikinya.

”Dengan pemekaran dan wilayah semakin kecil diharapkan kue pembangunan itu bisa lebih merata. Banyak sekolah, jalan, irigasi, fasilitas kesehatan dan sebagainya yang dibangun,” kata Soeharso SIP, seorang pemuda asal Kecamatan Kubu.

Sementara Ali Syech Zein, asal Jeruju Besar Kecamatan Kakap mengutarakan pemekaran memang kebutuhan mendesak bagi 9 kecamatan di Kabupaten Kubu Raya. Namun jangan sampai pemekaran ini menjadi ajang untuk bagi-bagi kekuasaan, menimbulkan korupsi, kolusi dan nepotisme. ”Pemekaran jangan sampai euforia sesaat. Masyarakat jangan lupa untuk terus mengawalnya,” kata dia.

Kini setelah Kamaruzzaman ditetapkan sebagai Penjabat Bupati diharapkan roda pemerintahan segera berjalan. Terbentuk perangkat daerah yang kelak bisa menyiapkan pemilihan bupati dan wakil bupati serta banyak lagi. Tentu saja Kamaruzzaman mampu mengemban tugas berat tersebut, sebab selama ini saat ia menjabat sebagai Asisten III Sekda Pemprov Kalbar menunjukan kinerja baik. Selain dia ada dua nama yang juga diajukan ke Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Usman Ja`far yakni Syafruddin HM (Kepala Dispenda Kabupaten Pontianak), dan Abdul Wahab (Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Pontianak). Namu Kamaruzzaman lah yang akhirnya terpilih.

Berdasarkan kajian Pemkab Pontianak, sumber daya keuangan Kabupaten Pontianak didominasi oleh sembilan kecamatan yang akan bergabung dengan Kubu Raya. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2003, calon Kabupaten Kubu Raya memberi kontribusi 68,52 persen dengan nilai Rp3,528 triliun sedangkan kabupaten induk hanya 31,48 persen atau Rp1,621 triliun.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pontianak Rp22 miliar, sebanyak Rp10,9 miliar dari kecamatan yang tergabung dalam kabupaten induk sedangkan sisanya Kubu Raya.

Dengan adanya pemekaran, Kabupaten Pontianak terdiri dari sembilan kecamatan dengan jumlah penduduk 221.454 jiwa sementara Kubu Raya 488.479 jiwa.

Pemprov Kalbar pada APBD Perubahan 2007 menganggarkan dana sebesar Rp2,5 miliar dari total Rp15 miliar untuk Kubu Raya selama 3 tahun.

“Setelah Kabupaten Kubu Raya terbentuk, maka kepada calon pemerintahannya harus segera membuat rencana tata ruang wilayah. Perencanaan itu tidak boleh lepas dari niat awal pemekaran,” kata Asmaniar, anggota DPRD Kalbar Rabu.

Menurut salah satu legislator perempuan dari PAN ini, tata ruang itu mendesak karena dilatarbelakangi satu rencana pengembangan Sungai Raya, yang menjadi ibukota kabupaten baru tersebut. Terutama untuk wilayah Ahmad Yani II. Jalan tersebut menurutnya awalnya merupakan daerah terbuka yang menjadi resapan air. Namun, ketika terjadi pengembangan kota maka kawasan tersebut pasti akan dialihfungsikan. “Hal ini harus menjadi perhatian utama pada pemerintah Kabupaten Kubu Raya yang paling tidak dalam waktu 6 bulan ke depan, harus sudah terbentuk,” tukasnya.

Sementara itu Muda Mahendrawan, salah seorang tokoh yang berperan penting dalam pemekaran Kubu Raya, mengatakan, proses pengusulan pemekaran menjadi model secara nasional. sebab pemekaran itu diusulkan Forum Desa, bukan oleh para elit politik, birokasi maupun pengusaha.

Sementara itu Bupati Pontianak, Agus Salim sejak lama sudah mempersiapkan kabupaten induk yang akan ‘ditinggalkan’ kabupaten Kubu Raya. Salah satunya mengegolkan pelabuhan terpadu di Kuala Mempawah. Pelabuhan ini meliputi pelabuhan perikanan dan pelabuhan laut. Harapannya tentu saja, ada sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) baru yang setidaknya bisa menghidupi kabupaten induk. Ia juga menggalakkan sektor pertanian dan perkebunan di antaranya di Sungai Kunyit, Anjongan, Sungai Pinyuh, dan lainnya. Termasuk peternakan terpadu, untuk mengistilahkan pertanian yang dipadukan dengan peternakan.

Sedangkan di Kubu Raya, juga tak ditinggalkan begitu saja. Misalnya membangun Kota Terpadu Mandiri (KTM), sebuah pola transmigrasi baru di Kecamatan Terentang dan Rasau Jaya. Kemudian tentu saja membangun beberapa infrastruktur.

“Kita di DPRD tentu saja sangat mendukung program yang bertujuan menyejahterakan rakyat. Penganggaran di APBD kita arahkan untuk itu. Sebab bagi kami salah satu indikator keberhasilan suatu daerah adalah meningkatkan kesejahteraan,” kata Ketua DPRD, Rahmad Satria.

Kini setelah Kubu Raya dimekarkan, semoga kesejahteraan itu menghampiri masyarakat banyak. Baik di kabupaten induk maupun di daerah yang baru dimekarkan. Semoga...□

*Edisi Cetak Borneo Tribune 30 Desember 2007

[ read the rest of this entry » ]

Sunday, December 30, 2007 |

Sudahkah APBD Berpihak Pada Rakyat

Oleh: Stefanus Akim

Sejumlah Kabupaten di Kalbar sudah menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2008. Jika terlambat maka Departemen Keuangan akan menunda mengucurkan 25 % Dana Alokasi Umum (DAU) bagi daerah yang terlambat. Sebaliknya jika paling cepat maka akan mendapat reward. Namun, sudahkan uang rakyat itu berpihak pada rakyat?

Untuk mengukurnya tentu saja ada indikator-indikator yang harus dipenuhi. Salah satunya anggaran berbasis kinerja atau performance based budget. Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas berbantuan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), yang merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran. Dalam Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 19 (1) dan (2) menyebutkan bahwa, dalam rangka penyusunan RAPBD Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran menyusun rencana kerja dan anggaran dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.
Untuk dapat menyusun RAPBD berdasarkan prestasi kerja atau anggaran berbasis kinerja (ABK) diperlukan sumber daya manusia yang mampu untuk melaksanakannya.
Anggaran berbasis kinerja, meliputi dokumen anggaran, baik perencanaan maupun pelaksanaan, seperti Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja (RKA-SK), Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL), Surat Alokasi Per Satuan Kerja (SAPSK), Surat Rincian Alokasi Anggaran (SRAA) dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Hal ini menerapkan prinsip dasar yang harus dianut dalam anggaran berbasis kinerja.

Keluaran atau output kegiatan satuan kerja dan harga satuannya yang dicantumkan dalam semua dokumen anggaran, beberapa di antaranya ada yang tidak termasuk dalam jenis keluaran yang dihasilkan satuan kerja dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, melainkan termasuk dalam jenis masukan atau input.

Keluaran atau output kegiatan satuan kerja adalah sesuai dengan yang direncanakan dan dimuat dalam dokumen Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Satuan Kerja dalam rangka penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

Pengertian "Kegiatan" berbeda dengan "Pekerjaan", karena yang dimaksud dengan "Kegiatan" dalam sistem penganggaran adalah merupakan serangkaian tindakan yang dilaksanakan satuan kerja sesuai tugas pokoknya untuk menghasilkan keluaran yang ditentukan. Jadi dalam satu "Kegiatan" akan terdapat beberapa tindakan dan tindakan inilah yang dapat dikatakan sebagai "Pekerjaan".

Di antara daerah yang sudah menetapkan APBD adalah Kabupaten Sintang, Rabu (19/12) lalu. Bupati Sintang Milton Crosby, mengatakan bahwa sebagai tindak lanjut dari kebijakan pembangunan tahun 2007, maka kebijakan pembangunan 2008 diarahkan kepada enam hal pokok.
Pertama pengembangan dan pemanfaatan potensi usaha ekonomi kerakyatan terutama di sektor pertanian dan perkebunan. Kegiatan yang akan ditempuh antara lain diarahkan pada penyediaan bibit karet, pencetakan sawah baru, pembinaan terhadap petani serta pembangunan sarana dan prasarana pendukung pertanian dan perkebunan juga akan menjadi kegiatan prioritas.
Program kedua, percepatan pembangunan infrastruktur terutama jalan dan jembatan. Pembangunan pendidikan juga masih menjadi program prioritas. Terutama dalam program wajib belajar 9 tahun.
Dalam hal kesehatan, perbaikan gizi masih menjadi perhatian utama pemerintah kabupaten Sintang. Selanjutnya pencegahan penyakit menular serta peningkatan kualitas tenaga kesehatan serta penyediaan sarana dan prasarana pendukung layanan kesehatan kepada masyarakat.
Dalam hal pemerintahan, Milton memprogramkan peningkatan profesionalisme aparatur pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik. Upaya ini akan dilakukan dengan penambahan sarana dan prasarana pendukung pendukung pelayanan serta pengembangan kompetensi sesuai kebutuhan dalam pelayanan.
Program prioritas terakhir pada ABPD 2008 adalah pemberdayaan masyarakat melalui dana alokasi desa (ADD). Dalam hal ini pemerintah kabupaten Sintang akan melakukan berbagai pelatihan ketenagakerjaan, pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UKM), penataan pedagang kaki lima dan berbagai kegiatan sektor informal lainnya.

Kabupaten Pontianak termasuk daerah yang juga menetapkan APBD paling awal, meskipun anggaran tersebut defisit Rp50,6 miliar.
Tergambar APBD dengan perincian pendapatan sebesar Rp709. 576.041.676,26, PAD Rp26.764.262.875,00, DAU Rp 636.159.610.801,26 dan pendapatan lain yang sah sebesar Rp 46.652.168.000,00. Sedangkan total belanja sebesar Rp 760.251.167.890,26 dari belanja tak langsung Rp 432.376.939.380,00 dan belanja langsung 372.874.228.510, 26. Sehingga anggaran APBD Kabupaten Pontianak tahun 2008 mengalami defisit Rp50, 6 miliar.

Ketua Fraksi PDI Perjuangan Agus Sudarmansyah mengatakan, angka defisit sebesar Rp50,6 miliar tentu saja ini bukan angka kecil. Namun berawal dari niat untuk mempercepat pembangunan di Kabupaten Pontianak dan menyejahterakan masyarakat, ia menilai akan ada jalan keluar mengatasi permasalahan tersebut.

“Seperti pepatah orang bijak, setiap kesulitan adalah tantangan dan setiap tantangan adalah peluang dan setiap peluang harus dijalani dan dihadapi,” kata Agus saat menyampaikan pandangan akhir terhadap RAPBD Kabupaten Pontianak tahun 2008.

Meskipun demikian APBD tahun sebelumnya juga masih banyak mengalami catatan. “APBD 2008 telah kita sahkan, namun kita menyayangkan masih banyak APBD 2007 pekerjaannya masih terlambat. Maka APBD 2008 yang cepat disahkan ini diharapkan pekerjaan proyek fisik di dinas PU maupun dinas lainnya dan non fisik juga harus dipercepat dilaksanakan dan direalisasikan sesuai Keppres,” kata Ketua DPRD Kabupaten Pontianak, Rahmad Satria.

Sedangkan Bupati Pontianak, Agus Salim, mengatakan, setelah penetapan APBD 2008, dia akan segera mempersiapkan dinas dan badan untuk melaksanakan program yang telah disusun sehingga Maret 2008 semua program telah terlaksana.

“Karena bangunan fisik dan non fisik akan menjadi perhatian serius, sehingga ke depannya dalam meningkatkan sumber daya alam maupun sumber daya manusia dapat terlaksana dengan baik sesuai aspirasi masyarakat Kabupaten Pontianak,” katanya.

Daerah tentu saja diburu waktu untuk menetapkan anggaran. Sebab jika tidak maka Departemen Keuangan akan menunda 25 % Dana Alokasi Umum (DAU) bagi daerah yang terlambat. Batas toleransi bagi daerah adalah tanggal 31 Desember, jika melewati limit waktu tersebut dianggap terlambat.

Tim Asistensi Menteri Keuangan, Dr. Edi Suratman, mengatakan, bagi pemerintah daerah yang saat ini masih sibuk berkutat dengan pembahasan RAPBD 2008. Sebelum berakhir Desember ini mereka harus sudah menyelesaikan pembahasan. Departemen Keuangan akan memberikan sanksi bagi Pemda yang gagal menuntaskan pentapan APBD-nya.

Edi mewanti-wanti semua kabupaten/kota di Kalbar untuk segera menyelesaikan pembahasan agar terhindar dari penalti dari Departemen Keuangan. “Departemen Keuangan akan menunda 25 persen DAU bagi daerah yang terlambat menuntaskan pembahasan APBD-nya. Depkeu sengaja membuat kebijakan ini agar tidak terjadi keterlambatan,” kata pengamat ekonomi Untan ini.

Keputusan untuk memberikan punishment bagi daerah yang telat membahas APBD berdasarkan rapat Tim Asistensi dan Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu tanggal 18 Desember 2007. Sejauh ini Depkeu telah memberikan arahan dan panduan bahkan sejak Bulan November lalu Depkeu sudah memublikasikan besaran DAU dan dana perimbangan bagi daerah-daerah, sehingga tidak ada alasan untuk menunda dan mengulur pembahasan APBD.

Ditetapkannya APBD lebih awal diharapkan sejumlah pekerjaan juga bisa dikerjakan lebih awal. Selama ini yang terjadi, APBD ditetapkan lebih awal namun pekerjaan proyek dikerjakan mendekati tutup tahun anggaran. “Pola ini dilakukan kontraktor nakal agar pekerjaannya tak mendapatkan pengawasan lebih intensif dari pengawas. Sebab waktu yang sudah pendek dan menjelang tutup buku biasanya pengawasannya juga selintas saja,” ujar Mustafa MS S.Ag, anggota DPRD Kabupaten Pontianak. □

*Edisi Cetak Borneo Tribune 30 Desember 2007

[ read the rest of this entry » ]

|

Hati Sebagai Gua Natal

Oleh: William Chang, OFM Cap*

Rombongan pemuda beransel, remaja peniup terompet, gembala-gembala, dan kawanan domba bergegas menuju palungan tempat si bayi, keturunan Raja Daud, dibaringkan. Kereta api jurusan “Betlehem” penuh sesak. Kelompok penunggang keledai muda memburu lokasi kelahiran. Panorama ini lazim muncul di kawasan pasar Napoli (Italia Selatan) jauh-jauh hari sebelum Natal.

Pembauran ukiran klasik-tradisional dan kontemporer membentuk jembatan dialog tentang misteri logos (Sabda) menjadi sarx (daging).

Alunan musik rohani membangkitkan suasana perdamaian antarmakhluk ciptaan di Padang Efrata. Manusia, hewan, makhluk surgawi membangun persaudaraan universal dan mengidungkan syair “Gloria in excelsis Deo et in terra pax hominibus”.

Gua natal sederhana yang membanjiri dunia dewasa ini lahir dari kearifan rohani seorang mistikus asal Assisi – Italia Tengah, Francesco (1181/2-1226). Kaum fransiskan abad pertengahan mendramatisasi gua keselamatan ini dengan menghadirkan pesan damai dan kesetiakawanan sosial. Suasana alam yang fascinosum dan tremendum menampilkan wajah aktor/aktris rohani utama. Sinar matahari menaklukkan kegelapan dan kedinginan dunia. Tunas pengharapan muncul dari taruk isai.

Telah berabad-abad, dari satu sisi, dunia tertarik dan tertegun pada gua-gua natal karya tangan manusia. Keindahan gua natal itu terasa kian semarak. Kedipan lampu elektronik menghidupkan suasana dalam gua. Dimensi lahiriah umumnya lebih memikat pandangan mata manusia dan melupakan dimensi internal gua-gua natal.

Namun, dari sisi lain, manusia perlu menyiapkan hati sebagai relung dialog manusia dengan Pencipta-Nya. “Ketua Panitia” perayaan kedatangan Yesus, Yohanes Pembaptis, berseru-seru di padang gurun dan meminta manusia untuk membenahi dan memperbaiki keadaan hatinya. Hati yang bengkok diluruskan, yang tinggi direndahkan, yang berjurang ditimbun. Pemanasan global, birokrasi koruptif dan konflik sosial bermula dari kekacauan disposisi hati.

Transformasi dan reformasi hati manusia mutlak dijalankan sejak sekarang. Acapkali agama menjadi “topeng manusia” yang sangat dikritik Yesus dalam ajaran tentang hipokritisme (kemunafikan). Di hadapan Pencipta tiada yang tersembunyi. Semua akan tersingkap dan terungkap.

Menjadikan hati sebagai gua natal berarti manusia diundang untuk kembali kepada kejujuran, kebenaran dan kebersihan diri sehingga hati manusia layak menjadi palungan bagi Sang Juruselamat. Inilah jalan yang perlu disiapkan sebelum perayaan misteri ilahi pada hari Natal. Selamat Natal 2007 dan Tahun Baru 2008.

* Ketua Program Pascasarjana STT Pastor Bonus
** Diterbitkan Borneo Tribune, 23 Desember 2007

[ read the rest of this entry » ]

Monday, December 24, 2007 |

Ja Dangan Si…?

Curita nian udah jadi buah beber kak urak diri’ nang tingal kak Puntianak. Banar gek ina’ curitanya ina’ bisa dibuktiatn. Mungkin hanya isu, tapi ade diri’ tele’ luas-luas memang dah manyak boh kamuda’ dara diri’ nang jadi nang bini nak banar. Lea ian curitanya...

Suatu ari ada urakng tuha kak kampokng nang nak nauan ahe-ahe. Anak daranya kuliah kak pasar – Puntianak – jak urakng dee. Mungkin karena barangkat man iman nang mepes samintara godaan manyak si anak dara koa ikut-ikutan man dangan. Ampahe gaya dangan, ia pun lea ak koa ugak.

Ia mulai’ kanal man kehidupan malam, mulai’ kanal kak diskotik, karaoke, ekstacy, sabu, hubungan bebas dan sabagainya. Marasa dah talanjur jantu’ kak dunia itapm, ia marasa idupnya nak baguna agik.

Makin ari makin nak takandali. Samintara keinginan untuk nikmati dunia malam, obat-obatan terlarang semakin kuat. Ahe daya urakng tuha nak mampu, kiriman pas-pasan untuk biaya idup sabulatn man mayar duit SPP.

Ponok curita, si anak nang cegak lea artis koa pun jadi bini piharaan urakng. Kamile lakinya palalu – ampa ja unte’ – ari koa lah atakng. Lama-lama si laki kontrak nian tadi mungkin bising ugak, masak makatn ikatn pada’ maan. Sakali-sakali lah maok makatn babotn, ikat atau manok. Ahe agik makin ari ia nele nang dara koa makin jahat, ina’ cegak agik. Lalu lah nang dara koa kana tingalatn di si laki koa tadi.

Ampeatn idup nang dara tadi dah makin nak tantu rudu. Kabutuhan makin manyak, sebab dah terbiasa jadi simpanan urakng. Akhernya jalatn satu-satunya jadi nang bini nak banar. Jam 10 sampe jam 02 malam ngayukngi urakng baduit kak karaoke. Ngarokok, nyocok beer, vodka sambil barenyah. Kaen roknya ponok kateleatn lonekng – atak – ja dangan kak tanah darat naun. Lea koa ugak bajunya. Sidi sampet...

Lama-lama ia pun dah jadi sidi. Dah nanak paduli kak omongan urakng kak kampokng. Si apak sabulatn sakali turut kak Puntianak ngawahi anak daranya. Satiap kali pulakng salalu kana bare’ duit.

Si apak nak curiga. Ia ngira anaknya karaja baik-baik maan. Ahe agik ya mikiri’ kuliah pastilah namu karaja nang baik, gaji ayak.

Saat ia pulakng kak kampokng, kamenakatnnya batanya.

”Ahe ba karaja anak kita’ koa pak udak”

Si apak pun nyahut.

”Ja Dangan si Lonte”

Rupanya ia pun ia ina’ nuan ahe nang dimaksud man kata koa.

Malam nian jam tiga dinihari. Mataku bai’ tidur, samintara dah nanak ba ide agik maok nulis ahe. Talintas kak pikiranku ontok nulisak curita nian. Tujuannya buke untuk maleceh sae pun. Tujuannya hanya sote, bahwa diri harus sama-sama marangi jukut koa, nyaga martabat urakng diri. Ade dee ja urakng tuha zaman nak pak Oevang Oeray, GP Djaong, Palaun Soeka man nang lain-lain ade ada namui urakng diri lea koa dibare ongkos pulakng kak kampokng. Ada samacam kasadaran ontok nyaga martabat bangsa dirik sama-sama. Ampeatn ari, makin luntur. Mungkin curita nian bisa jadi bahan renungan diri bersama.

Walaupun dah jam satangah ampat, tapi mataku masih baik tidur. Gajah, Jubata a...

[ read the rest of this entry » ]

Tuesday, December 18, 2007 |

Maling…

Maling...Maling....
Teng...Teng...teng...
Maling....Maling..


Teriakan Bapak Caca – tetangga sebelah – membuyarkan konsentrasiku. Aku yang lagi asik menikmati suguhan musik spaktakuler Trans7 yang merayakan ulang tahunnya tersentak.

Rupanya kompleks kami disatroni maling. Aku gelagapan, mau ambil cari parang tak parang. Cari clurit juga tak punya, samurai apa lagi. Pikiranku yang kacau nyambar apa saja. Palu.

”Ah maling...menganggu istirahat saja”
Kulirik jam dinding, masih pukul 22.30 WIB. ”Kok maling malam ini cepat benar. Biasanya ditas jam 00.00. Malam minggu lagi saat orang-orang biasanya bergadang karena besoknya hari libur,” batinku.

Cari senter juga tak ada. Wah kacau nih...semua tak ada. Benar-benar tak siap perang.

Ternyata tak hanya aku yang menghambur keluar. Tetangga lain juga ikut menghambar. Ada yang bawa pentungan, kelewang, samurai, mandau dan hanya tiga orang termasuk aku yang tak bawa senjata memadai.

”Dimane? Dimane” suara bersahutan
”Situ dekat jendela. Saya tuh nengok keluar, tibe-tibe ade orang ngintep,” lanjut bapak Caca dengan napas tergopoh-gopoh.

Kami, sekitar 12 orang berhamburan di lokasi yang dituju. Hasilnya nihil...yang ada hanya satu bekas tapak kaki. Sementara di tempat lain tak ada bekasnya. Tingkah tetangga macam-macam, ada yang nyenter di atas pohon, bawah kolong, parit dan seberang pagar kompleks. Namun hasilnya tetap nihil. Batang hidung pencuri tak ada. Kelebatannya pun tak ada.

Di tengah kebuntuan ada pula yang nyeletuk. ”Mungkin masok dalam tempayan”. Tutup tempayan pun diuber. Dibuka dan disenter...

”Pencuri kalo’ dah nekad maok sembuyik dalam lobang WC,” sambung yang lain.

Wah pikirku, kacau nih. Bisa-bisa semua bak toilet tempat nampung segalama macam kotoran dibuka ramai-ramai. ”Ie ada. Dulu di HM Suwignyo ade yang masok dalam lobang WC. Daripada mati kan lebeh bae masok dalam bak WC,” sambung yang lain.

Seyap....

Tak ada sahutan...

Ternyata tak satu orang pun yang membuka bak WC. Hik...hik...hik...bisa dibayangkan jika ada yang mengkomendoi untuk membuka bak WC.

Satu jam mengobok-obok sekitar kompleks hasilnya tetap nihil. Kami hanya terkekeh dan ngobrol ada saja.

Teringat hanya membawa palu aku masuk ke rumah dan mencari senjata lagi. Setelah kuraba...ya ampun palu itu pun gagangnya goyang.

Setelah keliling di dapur, lemari dan kamar akhirnya aku menemukan pisau dapur. Meskipun pisau dapur namun lebih besar. Orang biasanya menyebutnya dengan parang babi. Sebab digunakan orang-orang Cina di pasar untuk memotong daging babi.

”Lumayan,” pikirku.

Menjelang pukul 00.00 kami masih ngobrol dan duduk-duduk di atas jalan. ”Wah mandau bang Agus nih bagus. Harusnya bang Akim yang bawa, tapi bang Akim bawa parang babi jak,” tegur Bapak Caca ketawa mulai menggoga.

“Tak mestilah…” kataku tersenyum.

Mandau memang senjata yang akrab dengan suku Dayak dan diklaim sebagai senjata asli. Mungkin tetangga aneh, aku kok tak ada Mandau.

Sementara yang lain berandai-andai, jika pencurinya tertangkap maka akan diikat di tiang listrik. Besok saingnya baru lapor polisi. Sebab jika lapor ke polisi maka pencurnya akan aman dan warga tak sempat melampiskan kekesalannya.

Kemarin malam kami bergadang hingga pukul 03.00 subuh. Setelah nguap beberapa kali akhirnya serentak pulang.

teng...teng...teng....

Aku terbangun dari tidurku. Setelah kulihat jam dinding sudah pukul 09.00 pagi. Ternyata aku sukses kesiangan.

Cepat-cepat aku cuci muka dan mengeluarkan sepeda motor. Bayangan dapat muka masam dari istri sudah terbayang. Maklum istriku dinas malam di Rumah Sakit Santo Antonius (RSSA), masuk pukul 09.00 malam dan pulang pukul 07.00 pagi.

Motor kupacu. 10 menit sudah tiba di RSSA, benar saja muka masam menyambutku. ”Kami ngejar pencuri. Jadi kesiangan,” kata ku membela diri sambil senyum-senyum.

”Uh...orang dah tidok dah...kalau gitu traktir makan bubur” lanjutnya, namun degan wajah yang mulai segar.

Maling...maling....

[ read the rest of this entry » ]

Monday, December 17, 2007 |

Chocolat, Bush dan Hitler

Dua hari lalu saya mendapat dua buah buku baru kiriman Penerbit Bentang Pustaka, Yogyakarta. Masing-masing Chocolat karya Joanne Harris dan satunya lagi Bush dan Hitler karya Rh. Widada.

Tentu saja saya senang sekali, setidaknya ada semacam kewajiban membaca buku dalam minggu ini. Mumpung lagi tak ada buku baru yang saya miliki, baik berupa hadiah dari teman atau penerbit maupun sengaja dibeli.

Saya membaca sinopsis Chocolat yang merupakan buku karya sastra terjemahan di cover belakang. Novel ini merupakan kisah indah tentang cokelat dan pertentangan yang sering terjadi dalam diri kita. Kaya, cerdas, dan nakal, Chocolat merupakan santapan sastra untuk semua orang.

Vianne Rocher seorang pembuat cokelat. Cokelat yang sesungguhnya, seperti yang diminum oleh bangsa Aztec dalam ritual sakral ribuan tahun silam. Tercampur sempurna aroma cokelat, vanila, tembaga, dan kayu manis yang dipanaskan; aroma cokelat mentah dan tanah Amerika, aroma harum damar dari hutan tadah hujan.

Bagi Lansquenet-sous- Tannes yang bersuasana muram dan diliputi kepalsuan, toko cokelat La Céleste Praline menjadi sesuatu yang asing, sulit diterima. Namun, tidak butuh lama bagi toko ini untuk dicintai penduduk. Ramuan cokelat Vianne mampu membangkitkan energi kejujuran dari dalam diri, dan La Céleste Praline menjadi ruang tempat rahasia dibisikkan, kegelisahan diungkapkan, dan mimpi untuk diuji.

Buku ini juga mendapat banyak sekali pujian. Diantaranya:

“Benar-benar luar biasa … hebat dalam cerita, wawasan dan humor, juga gaya penulisannya.”
—Literary Review

“Novel yang memikat dan imajinatif.”
— Woman and Home

“Dongeng tentang cokelat yang luar biasa dan memikat.”
—Guardian

“Kisah yang sangat orisinal.”
—Sunday Times

“Sangat menggoda … mengaduk-aduk perasaan ….”
—Observer

Chocolat yang berukuran 13×20,5 cm itu dibanderol Rp49.500,00. Sementara buku Bush & Hitler dengan ukuran 11,5×17,5 cm dibanderol Rp24 ribu.

Dibagian sinopsis buku Bush & Hitler disebutkan, personifikasi Hitler pada diri pemimpin yang tidak disukai Amerika selalu menarik untuk diperhatikan. Ketika pecah Perang Teluk, Saddam menjadi bulan-bulanan media yang menganggapnya Hitler versi Timur Tengah. Kemudian, cap Hitler pun sempat mampir pada Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, karena meragukan orisinalitas data tentang holocaust.

Ironisnya, dalam konteks invasi terhadap Irak, cap buruk Hitler itu justru berbalik kepada Bush Jr sendiri, yang sebagian besar dilakukan oleh orang Amerika melalui internet. Sebuah situs bahkan mengabarkan secara sekaligus 31 kesamaan George W Bush dengan Hitler. Inilah buku yang mengupas tuntas kelihaian keluarga Bush dalam memperalat orang-orang di sekitarnya agar bisa maju menjadi pemimpin sebuah bangsa digdaya bernama Amerika.

Ah...tak sabar saya untuk segera menyelesaikan bacaan ini...


Pak Ugie dan Mas ASM
Tiga minggu sebelumnya saya juga menerima kiriman buku dari A.Safril Mubah. Seorang dosen jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Saya belum pernah bertatap muka dengan ASM – begitu dia menyebut dirinya pada akhir SMS dan milis Penulis Lepas.

Buku yang ditulis ASM berjudul Menguak Neokons; Menyingkap Agenda Terselubung Amerika Dalam Memerangi Terorisme. Buku yang diterbitkan Pustaka Pelajar tersebut dicetak Oktober 2007 dengan jumlah xxii + 270 halaman.

Perkenalan kami hanya lewat milis dan email. Saya kemudian menawarakan diri untuk meresensi bukunya. Responnya luas biasa, hanya dalam hitungan jam mas ASM langsung menyatakan akan mengirimkan buku tersebut. Tentu saja ini surprise buat saya.

Kini buku tersebut sudah saya resensi dan terbit di Harian Borneo Tribune tanggal 9 Desember halaman 4 rubrik Bookclub. Resensinya juga saya publikasikan di salah satu blog yang saya kelola; Pencinta Buku.

Beberapa hari lalu hal yang sama terjadi antara saya dengan Pak Ugie dari Yogyakarta. Hari-hari berikut saya menunggu kiriman buku dari beliau. Lewat blognya saya tahu Eko Sugiarto – begitu nama lengkapnya – adalah seorang yang sangat produktif menulis. Mulai buku fiksi hingga non fiksi.

Saat saya mengunjungi blognya saya menemukan sebuah kata-kata yang sederhana namun menyentuh. Bunyinya sebagai berikut:

Dokumentasi Karya Eko Sugiarto
Selamat datang Saudaraku. Selamat bersua dengan salah seorang anak manusia yang punya cita-cita mewarnai dunia dengan tinta dan cinta. Di sini, Anda bisa menengok dokumentasi karya yang kuhasilkan. Semoga dokumentasi ini bisa memberi inspirasi. Sekali lagi, selamat datang, selamat bersua, dan terima kasih atas kunjungan Anda.

Saya pikir kedua orang ini adalah penulis-penulis rendah hati dan sangat welcome dengan siapapun. Selamat menorehkan tinta dan terus berkarya. Selama ini cukup banyak penerbit, pengarang dan teman-teman baik di Kalbar maupun di luar yang berbaik hati mengirimi saya buku untuk dibaca. Tentu saja saya sangat berterima kasih banyak untuk itu.□

[ read the rest of this entry » ]

Thursday, December 13, 2007 |

Manajemen Keredaksian*

Oleh: Stefanus Akim**
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal.

Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.

Sementara itu, Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal; dalam berbagai bidang seperti industri, pendidikan, kesehatan, bisnis, finansial dan sebagainya. Dengan kata lain efektif menyangkut tujuan dan efisien menyangkut cara dan lamanya suatu proses mencapai tujuan tersebut.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 553, 1990) menyebutkan, manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mecapai sasaran.

Bagaimana Menerapkan Kebijakan dan Strategi
1. Semua kebijakan harus didiskusikan dengan semua personel manajerial dan staf.
2. Manajer harus mengerti dimana dan bagaimana mereka menerapkannya.
3. Rencana sebuah tindakan harus diberitahukan pada setiap departemen.
4. Kebijakan dan strategi harus diperiksa ulang secara berkala.
5. Perencanaan cadangan harus dipikirkan dalam kasus perubahan.

Fungi Manajemen
Manajemen beroperasi melalui bermacam fungsi, biasanya digolongkan pada perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan atau motivasi dan pengaturan.

1. Perencanaan: memutuskan apa yang harus terjadi esok hari dan seterusnya dan membuat rencana untuk dilaksanakan.
2. Pengorganisasian: membuat penggunaan maksimal dari sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan rencana dengan baik.
3. Leading/Kepemimpinan dan Motivasi: memakai kemampuan di area ini untuk membuat yang lain mengambil peran dengan efektif dalam mencapai suatu rencana
4. Pengendalian: monitoting – memantau kemajuan rencana, yang mungkin membutuhkan perubahan tergantung apa yang terjadi

Tingkatan Manajemen Keredaksian

1. Pimpinan Redaksi
Merupakan manajemen tingkat atas. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi keredaksian secara umum dan mengarahkan jalannya proses redaksi.
2. Middle management atau manajemen tingkat menengah bertugas sebagai penghubung antara manajemen puncak dan manajemen lini pertama, misalnya Wakil Pimpinan Redaksi atau Redaktur Pelaksana.
3. Lower management atau manejemen lini pertama (first-line management) adalah manajemen yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional. Manajemen ini dikenal pula dengan istilah manajemen operasional. Umumnya para redaktur halaman atau redaktur desk. Ada khusus halaman ekonomi, politik, pendidikan, kriminal, hukum dst.

Manajemen Mengandung Lima Fungsi:
1. perencanaan
2. pengorganisasian
3. kepemimpinan
4. koordinasi
5. pengaturan



Manajemen Keredaksian
Manajemen keredaksian dapat diartikan proses antar orang yang merupakan satu kesatuan secara efektif dalam sebuah organisasi media massa untuk mencapai tujuan atau sasaran. Manajemen keredaksian adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi dan pemeliharaan orang-orang dengan tujuan membantu mencapai tujuan organisasi (pers), individual dan masyarakat.
Paling penting adalah bagaimana individu-individu yang terlibat dalam organisasi harus mampu terlebih dahulu memanajemen pribadinya masing-masing. Manajemen pribadi tersebut meliputi beberapa hal antara lain: perencanaan kegiatan, pengorganisasian kegiatan, pelaksanaan kegiatan, evaluasi kegiatan dan pengawasan kegiatan dengan pemanfaatan waktu seefektif dan seefisien mungkin.

Bila tiap individu di dalam organisasi menyadari betul akan posisi masing-masing dengan job description (deskripsi tugas) yang jelas dan tegas, maka perencanaan akan mudah dibangun dan diterapkan.

Ada dua bagian besar sebuah penerbitan pers atau media massa: Bagian Redaksi (Editor Department) dan Bagian Pemasaran atau Bagian Usaha (Business Department). Bagian Redaksi dipimpin oleh Pemimpin Redaksi. Bagian Pemasaran dipimpin olen Manajer Pemasaran atau Pemimpin Usaha. Di atas keduanya adalah Pemimpin Umum (General Manager). Ada juga Pemimpin Umum yang merangkap Pemimpin Redaksi.

Bagian Redaksi tugasnya meliput, menyusun, menulis, atau menyajikan informasi berupa berita, opini, atau feature. Orang-orangnya disebut wartawan. Redaksi merupakan merupakan sisi ideal sebuah media atau penerbitan pers yang menjalankan visi, misi, atau idealisme media.

Bagian Redaksi dikepalai oleh seorang Pemimpin Redaksi. Di bawah Pemred biasanya ada Wakil Pemred yang bertugas sebagai pelaksana tugas dan penanggungjawab sehari-hari di bagian redaksi.

Pemred/Wapemred membawahi seorang atau lebih Redaktur Pelaksana yang mengkoordinasi para Redaktur (Editor), Koordinator Reporter atau Koordinator Liputan (jika diperlukan), para Reporter dan Fotografer, Koresponden, dan Kontributor. Termasuk Kontributor adalah para penulis lepas (artikel) dan kolumnis.

Di Bagian Redaksi ada pula yang disebut Dewan Redaksi atau Penasihat Redaksi. Biasanya terdiri dari Pemred, Wapemred, Redpel, Pemimpin Usaha, dan orang-orang yang dipilih menjadi penasihat bidang keredaksian.

Ada pula yang disebut Staf Ahli atau Redaktur Ahli, yakni orang-orang yang memiliki keahlian di bidang keilmuwan tertentu yang sewaktu-waktu masukan atau pendapatnya sangat dibutuhkan redaksi untuk kepentingan pemberitaan atau analisis berita.

Bagian lain yang terkait dengan bidang keredaksian adalah Redaktur Pracetak yang membidangi tugas Desain Grafis (Setting, Lay Out, dan Artistik) serta Perpustakaan dan Dokumentasi. Dalam hal tertentu, bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dapat masuk ke bagian Redaksi.

Tugas
1. Pemimpin Umum (General Manager)
Ia bertanggung jawab atas keseluruhan jalannya penerbitan pers, baik ke dalam maupun ke luar. Ia dapat melimpahkan pertanggungjawabannya terhadap hukum kepada Pemimpin Redaksi sepanjang menyangkut isi penerbitan (redaksional) dan kepada Pemimpin Usaha sepanjang menyangkut pengusahaan penerbitan.
2. Pemimpin Redaksi
Pemimpin Redaksi (Editor in Chief) bertanggung jawab terhadap mekanisme dan aktivitas kerja keredaksian sehari-hari. Ia harus mengawasi isi seluruh rubrik media massa yang dipimpinnya. Di suratkabar mana pun, Pemimpin Redaksi menetapkan kebijakan dan mengawasi seluruh kegiatan redaksional. Ia bertindak sebagai jenderal atau komandan yang perintah atau kebijakannya harus dipatuhi bawahannya. Kewenangan itu dimiliki katena ia harus bertanggung jawab jika pemberitaan medianya ?digugat? pihak lain.

Pemimpin Redaksi juga bertanggung jawab atas penulisan dan isi Tajuk rencana (Editorial) yang merupakan opini redaksi (Desk opinion). Jika Pemred berhalangan menulisnya, lazim pula tajuk dibuat oleh Redaktur Pelaksana, salah seorang anggota Dewan Redaksi, salah seorang Redaktur, bahkan seorang Reporter atau siapa pun ? dengan seizin dan sepengetahuan Pemimpin Redaksi? yang mampu menulisnya dengan menyuarakan pendapat korannya mengenai suatu masalah aktual.
3. Dewan Redaksi
Dewan Redaksi biasanya beranggotakan Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan Wakilnya, Redaktur Pelaksana, dan orang-orang yang dipandang kompeten menjadi penasihat bagian redaksi. Dewan Redaksi bertugas memberi masukan kepada jajaran redaksi dalam melaksanakan pekerjaan redaksional. Dewan Redaksi pula yang mengatasi permasalahan penting redaksional, misalnya menyangkut berita yang sangat sensitif atau sesuai-tidaknya berita yang dibuat tersebut dengan visi dan misi penerbitan yang sudah disepakati.

4. Redaktur Pelaksana
Di bawah Pemred biasanya ada Redaktur Pelaksana (Managing Editor). Tanggung jawabnya hampir sama dengan Pemred/Wapemred, namun lebih bersifat teknis. Dialah yang memimpin langsung aktivitas peliputan dan pembuatan berita oleh para reporter dan editor.

5. Redaktur
Redaktur (editor) sebuah penerbitan pers biasanya lebih dari satu. Tugas utamanya adalah melakukan editing atau penyuntingan, yakni aktivitas penyeleksian dan perbaikan naskah yang akan dimuat atau disiarkan. Di internal redaksi, mereka disebut Redaktur Desk (Desk Editor), Redaktur Bidang, atau Redaktur Halaman karena bertanggung jawab penuh atas isi rubrik tertentu dan editingnya. Seorang redaktur biasanya menangani satu rubrik, misalnya rubrik ekonomi, luar negeri, olahraga, dsb.

6. Redaktur Pracetak
Setingkat dengan Redaktur/Editor adalah Redaktur Pracetak atau Redaktur Artistik. Ia bertanggung jawab menangani? Naskah Siap Cetak? (All In Hand/All Up) dari para redaktur, yaitu semua naskah berita yang sudah diturunkan ke percetakan dan sudah diset bersih, desain cover dan perwajahan (tataletak, lay out, artistik), dan hal-ihwal sebelum koran dicetak.

Bagian lain di yang berada di bawah koordinasi Redaktur Pracetak adalah Setter atau juruketik naskah. Ia bertugas mengetik naskah yang akan dimuat. Ada pula Korektor yang bertugas mengoreksi (membetulkan) kesalahan ketik pada naskah yang siap cetak.

7. Reporter
Di bawah para editor adalah para Reporter. Mereka merupakan? prajurit? di bagian redaksi. Mencari berita lalu membuat atau menyusunnya, merupakan tugas pokoknya.

8. Fotografer
Fotografer (wartawan foto atau juru potret) tugasnya mengambil gambar peristiwa atau objek tertentu yang bernilai berita atau untuk melengkapi tulisan berita yang dibuat wartawan tulis. Ia merupakan mitra kerja yang setaraf dengan wartawan tulisan (reporter).

Jika tugas wartawan tulis menghasilkan karya jurnalistik berupa tulisan berita, opini, atau feature, maka fotografer menghasilkan Foto Jurnalistik (Journalistic Photography, Photographic Communications). Fotografer menyampaikan informasi atau pesan melalui gambar yang ia potret. Fungsi foto jurnalistik antara lain menginformasikan (to inform), meyakinkan (to persuade), dan menghibur (to entertain).

9. Koresponden
Selain reporter, media massa biasanya memiliki pula Koresponden (correspondent) atau wartawan daerah, yaitu wartawan yang ditempatkan di negara lain atau di kota lain (daerah), di luar wilayah di mana media massanya berpusat.

10. Kontributor
Kontributur atau penyumbang naskah/tulisan secara struktural tidak tercantum dalam struktur organisasi redaksi. Ia terlibat di bagian redaksi secara fungsional. Termasuk kontributor adalah para penulis artikel, kolomnis, dan karikaturis. Para sastrawan juga menjadi kontributor ketika mereka mengirimkan karya sastranya (puisi, cerpen, esei) ke sebuah media massa.

Wartawan Lepas (Freelance Journalist) juga termasuk kontributor. Wartawan Lepas adalah wartawan yang tidak terikat pada media massa tertentu, sehingga bebas mengirimkan berita untuk dimuat di media mana saja, dan menerima honorarium atas tulisannya yang dimuat.
Termasuk kontributor adalah Wartawan Pembantu (Stringer). Ia bekerja untuk sebuah perusahaan pers, namun tidak menjadi karyawan tetap perusahaan tersebut. Ia menerima honorarium atas tulisan yang dikirim atau dimuat.

11. Bidang Pendukung Redaksi
Bagian yang tak kalah pentingnya untuk membantu kelancaran kerja redaksi adalah bagian Perpustakaan dan Dokumentasi serta bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang). Litbang memantau perkembangan sebuah penerbitan, survei pembaca, dan memberikan masukan-masukan bagi pengembangan redaksional dan bagian lainnya, termasuk pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia
12. Bagian Usaha (Business Department)
Bertugas menyebarluaskan media massa, yakni melakukan pemasaran (marketing) atau penjualan (saling) media massa. Bagian ini merupakan sisi komersial meliputi sirkulasi/distribusi, iklan, dan promosi.
Biasanya, bagian pemasaran dipimpin oleh seorang

Pemimpin Perusahaan atau seorang Manajer Pemasaran (Marketing Manager) yang membawahkan Manajer Sirkulasi, Manajer Iklan, dan Manajer Promosi.

Prinsip Dasar Sistem Pekerjaan Kewartawan (GEDE)

1. News Gathering. Hal ini adalah proses awal dari sistem pemberitaan, yakni tahapan satu organisasi media massa yang diwakili wartawannya mulai mengumpulkan berita.

2. News Editing. Hal ini adalah proses lanjutan dari sistem pemberitaan, yakni tahapan satu organisasi media massa yang diwakili oleh para redaktur melakukan penyuntingan berita.

3. News Distributing. Hal ini adalah proses akhir dari sistem pemberitan, yakni tahapan satu organisasi media massa menyebarkan berita kepada publiknya.

4. News Evaluating. Hal ini banyak berkaitan dengan sistem media massa yang senantiasa berupaya mengembangkan mutu -bukan hanya jumlah-beritanya, sehingga menerapkan pola analisa isi (contents analysist) yang biasanya dilakukan oleh satu unit/divisi khusus dalam manajemen keredaksian. Dari tahapan evaluasi tersebut, maka media massa berupaya pula mengadakan perbaikan mutu isi karya jurnalistiknya melalui “editorial clinic” dan pendidikan berkelanjutan (continuing education).

Manjemen sebuah keredaksian pada dasarnya dibuat berdasarkan kebutuhan institusi pers yang bersangkutan. Untuk sebuah penerbitan koordinator liputan penting, namun bagi yang lain tidak. Begitu juga sebaliknya.
Tujuan utamanya bagaimana agar institusi keredaksian bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan perencanaan.

Bagaimana manajemen keredaksian Anda? Selanjutnya terserah Anda! ☼

* Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa MIPA, 9 Desember 2007
** Redaktur Borneo Tribune
*** Sumber:
1. http://muhabduh.multiply.com/reviews/item/3
2. http://stefanuskim.blogspot.com
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen
4. Vedemakum Wartawan, Reportase Dasar KPG 1997
5. Sembilan Elemen Jurnalisme: Bill Kovach & Tom Rosenstial.
6. Seandainya Saya Wartawan Tempo: pengantar Goenawan Mohamad; ISAI dan Yayasan Alumni Tempo 1997.
7. Jurnalisme Dasar: Luwi Ishwara; Penerbit Buku Kompas, Desember 2005
8. Penulis yang Sukses: Wilson Nadeak; Sinar Baru Bandung 1983.
9. Jurnalisme Sastrawi, Editor Andreas Harsono & Budi Setiono, Yayasan Pantau Oktober 2005.
10. Reportase Investigasi: Menelisik Lorong Gelap, Dadi Sumaatmadja, LaTofi Enterprise April 2005.
11. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa: Ashadi Siregar dkk, Kanisius 1999.

[ read the rest of this entry » ]

Sunday, December 9, 2007 |

Kategori

Powered By Blogger

Total Pageviews