Mengupas Kehidupan Seorang Penjagal

Oleh: Stefanus Akim

Selama ini sudah cukup banyak ‘media’ yang mengetengahkan In Cold Bold di tengah-tengah kita dengan versi beragam. Salah satunya lewat film, baik itu In Famous (2006) maupun Capote (2005). Sudut pandang ceritanya pun beragama, mulai dari kehidupan Capote yang melahirkan karya fenomenal yang menggegerkan Amerika hingga proses reportase yang dilakukan oleh jurnalis gay itu.

Karya novel non fiksi ini awalnya terbit dalam bentuk bahasa Inggris tahun 1966. Cerita kriminal yang menewaskan satu keluarga (empat orang) ini bahkan mengilhami orang untuk membuat filmnya.

Kini, cerita menarik yang menurut Tom Wolfe menjadi salah satu pelopor new journalism (jurnalisme baru) tersebut terbit dalam versi bahasa Indonesia. Adalah penerbit Bentang Pustaka, Yogyakarta yang menerbitkan buku ini untuk Anda dengan judul yang sama seperti aslinya: In Cold Blood. Cetakan pertama pada September 2007, dengan tebal 476 halaman, ukuran buku 13×20.5 senti dan diterjemahkan Santi Indra Astuti.

In Cold Blood yang diterjemahkan dari judul aslinya: In Cold Blood: A True Account of a Multiple Murder and Its Consequences, tak sekadar mengisahkan pembunuhan empat keluarga petani di Holcomb, Kansas. Namun ada sentuhan-sentuhan emosional yang membuat kita digiring untuk tak segera meletakkan buku ini sebelum melahap halaman demi halaman. Ada pula “sengatan-sengatan” kecil yang membuat kita selalu terkejut. Sungguh sebuah kisah bisa yang ditulis dengan gaya luar biasa.
Intrik, motivasi pembunuhan, alur cerita, dan gaya bahasa Capote akan mengikat kita terus-menerus. Bahkan meskipun tebalnya mencapai 476 halaman, kita akan menikmati untuk membacanya.
In Cold Blood sesungguhnya kejadian kriminal nyata (non fiksi) yang benar-benar terjadi, namun kita akan membacanya seperti novel non fiksi. Semuanya mengalir dan penuh dengan detail. Baca misalnya pada paragraph pembuka (hal 2): ”Holcomb terletak di dataran tinggi Kansas Barat, sebuah kawasan sepi yang disebut penduduk Kansas yang lain ”nun jauh di sana”. Sekitar tujuh puluh mil di timur perbatasan Colorado, di pedesaan, dengan langit biru tua dan udara padang pasir yang cerah, beratmosfer lebih menyerupai Far West daripada Middle West. Aksen lokal dihiasi dengan sengau peternakan ala gurun pasir, dan para prianya, banyak diantara mereka yang memakai celana pendek berujung ketat, topi Stetson, dan sepatu bot berhak tinggi dengan ujung tajam...”

In Cold Blood sendiri mengisahkan pembunuhan terhadap keluarga petani kaya secara sadis di Holcomb, Kansas. Mereka adalah Herb Clutter dan istrinya Bonnie serta kedua anak remaja mereka Nancy dan Kenyon.

Pembunuhan ini terang saja menggegerkan warga di kawasan pertanian yang aman, tenang dan damai itu. Holcomb, adalah kawasan yang dihuni 270 orang saja. Mereka umumnya petani yang kaya, salah satunya keluarga Herb Clutter. Para pemilik pertanian dan peternakan itu terdiri dari ras yang beragam. Ada Jerman, Irlandia, Norwegia, Meksiko dan Jepang dan lainnya.

Warganya sudah puas dengan kehidupan sehari-hari. Bekerja, berburu, menonton televisi, menghadiri pertemuan sekolah, latihan koor dan tentu saja saling sapa akrab.

Hingga akhirnya terjadi hal luar biasa. Dimana sekeluarga petani kaya tewas dibunuh pada pertengahan November 1959.

Capote, membuat detail masing-masing tokoh dalam cerita ini. Baik keempat keluarga itu, maupun dua orang pembunuhnya Perry Smith dan Richard ”Dick” Hickock.

Dikisahkan, Dick Hickock dan Perry Smith adalah dua orang yang masing-masing tidak berguna, namun akhirnya mereka bersama menjadi penjahat yang kejam. Aksi keduanya yang terjadi tahun 1959 mengakibatkan empat tubuh ditemukan berlumuran darah di sebuah kamar.

Bagi wartawan, buku ini sesungguhnya sangat menarik untuk belajar menulis lebih serius dan mendalam. Ia akan menjadi pelajaran berharga. Namun tak kalah berharganya bagi profesi lain. Buku ini dituliskan adegan demi adegan, reportase yang menyeluruh, menggunakan sudut pandang orang ketiga dan adegan yang detail.

Dibutuhkan waktu enam tahun bagi Capote untuk menuliskannya. Sebuah kerja keras yang wajar jika mendapatkan apresiasi luar biasa dari para pembaca. Modern Library pada April 1996 menobatkannya sebagai salah satu buku terbaik sepanjang abad. Buku ini disebut-sebut sebagai sebuah kajian lengkap dan emosional mengenai benak para penjahat.

Ia dengan leluasa masuk dalam alur pikiran kedua pelaku dan mewawancarai keduanya. Tak hanya saat introgasi di kantor polisi, pada proses pengadilan hingga eksekusi mati di tiang gantungan pun Capote hadir dan menghadirkannya untuk kita.

Namun seperti buku terjemahan umumnya, In Cold Blood tentu saja memiliki sejumlah kelemahan. Ini bisa saja disebabkan karena perbedaan bahasa atau idiom yang terkadang tak ada padanannya dari bahasa aslinya (Inggris) ke bahasa Indonesia. Meskipun demikian, terjemahan tak merusak secara keseluruhan isi buku. Bahkan buku ini secara utuh sangat menarik untuk dibaca. Jadi, sudahkan Anda mengoleksinya?

*Edisi Cetak Borneo Tribune 28 Oktober 2007

Data Buku
Judul buku : In Cold Blood
Penulis : Truman Capote
Penerbit : Bentang Pustaka, Cet 1 September 2007
Halaman : viii+476
Ukuran : 13×20.5 cm
Penerjemah : Santi Indra Astuti
Peresensi : Stefanus Akim

Saturday, October 27, 2007 |

0 komentar:

Kategori

Powered By Blogger

Total Pageviews