Piala Asia, Deadline dan Sumpah Serapah

“Ha…ha…awas…oh…..”
“Bodoh tak mau bagi teman…”
”Serangan tu telos”
”Ha...ha...ha...kakinya tejuntai”
”Tengok-tengok celana telorot. Hik...hik...hik...”
”Dah, penalti. Penalti. Serangan terakhir. Ayoh golkan”

Suara riuh rendah. Tepukan tangan, hentakan kaki, teriakan. Sumpah serapah beradu dengan kletak-kletok bunyi jari-jemari mengetuk keyboard komputer.

Suasana ruang redaksi Borneo Tribune, sepekan terakhir semarak. Para wartawan yang sudah selesai mengetik berita tak mau cepat-cepat pulang. Mereka memilih menonton pertandingan bola-piala Asia. Malam tadi sekitar pukul 17.20 ’ritaul’ nonton bola itu kembali terulang untuk menyaksikan pertandingan semifinal antara Irak melawan Korea Selatan. Acara ini disiarkan langsung oleh GlobalTV. Mereka adalah Hanoto, Budi Rahman, Andre. Ada juga bagian pracetak seperti Fahmi Ichwan, dan redaktur Olahraga Tanto Yakobus serta banyak lagi yang lain.

Sementara pemandangan kontras berjarak hanya dua hingga tiga jengkal dari tv ukuran 24 inci. Sejumlah wartawan, pracetak dan redaktur lain sibuk dengan komputer masing-masing. Diantara mereka bukan tidak gibol-gila bola seperti yang lain, namun tuntutan deadline harus memaksa mengerjakan pekerjaan.
Wartawan cewek: Aulia Marti, Endang Kusmiyati, Maulisa. Redaktur Safitri Rayuni dan Pracetak Atika Ramadhani memilih diam dan sibuk dengan komputer masing-masing. Suara merdu Anggun C Sasmi terdengar lirih di sudut ruangan lain yang dikeluarkan sound system Fitri.

”Mane Basem. Basem. Ayo tembak,” terdangar lagi suara keras nyaris memekik persis di belakangku. Suaranya keras dan menendang-nendang gendang telinga. Suara itu milik Hanoto, wartawan yang sehari-harinya meliput teknologi.

”Saya sendiri dukung Korsel. Tak apa yang lain dukung saja Irak tuh,” kali ini suara serak dan mendengking memenuhi ruangan yang dinding-dindingnya dicat hijau. Itu milik Tanto Yakobus. Redaktur Olahraga, khususnya bola.

”Berita selesai belum nih. Jangan nonton jak,” kali ini Dek-Hairul Mikrad menimpali dengan setengah berteriak.

Diam. Semua sibuk dengan urusan masing-masing. Yang nonton tetap nonton, mengehentakan kaki, tertawa. Tertawa lagi hingga tubuh mereka terguncang-guncang.

”Kitak nih baru pandai nonton dah teriak,” Muhlis ikut menimpali.
”Buktikan Sabtu besok dengan melawan Ponianak Post. Jangan tak datang...” Yusriadi nyambung perbincangan yang tak ada moderator itu.

”Pucat dah Liong Jai nih,” kata Andre, saat pertandingan akan berlanjut dengan penalti. Liong Jai adalah penjaga gawang Korea Selatan

Tak lama. Cun Soo dari Korsel melesatkan tendangan ke arah gawang Irak. Tendangan pertama ini mulus merobek gawang ’negeri seribu satu malam’ itu.

”Satu dah. Diam Irak kan?” kata Tanto yang tertawa-tawa.
”Hooohhhh...,” teriakan lebih nyaring saa Hawar, dari Irak balas ngegol.

Teriakan, tertawaan dan hentakan kaki serta tepuk tangan makin meninggi menjelang pertandingan usai. Apalagi saat tendangan Sungwoo, kena tiang gawang. Irak memenangkan tendangan pelanti melawan Korsel dengan skor, 4-3.

”Hidup Irak”
”Mampus kau Korsel”
”Nyaman kao Korsel, makanya jangan kalahkan Indonesia”

Malam tadi Irak memastikan diri maju di babak final setelah menggulung salah satu raksasa bola Asia, Korsel. Negeri ginseng itu bertekuk lutut lewat adu penalti, setelah sebelumnya imbang. Irak akan menghadapi pemenang sesudahnya antara Arab Saudi melawan Jepang.

Kini setelah pertandingan usai, masing-masing sibuk dengan urusan masing-masing. Wartawan, redaktur dan pracetak yang belum selesai kembali menghadap komputer. Yang sudah selesai berkemas siap-siap pulang. Sementara yang lain ada yang sekedar buka email, baca berita, edit weblog atau browsing.

Begitupun aku kembali tenggelam memelototi kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf. Menyambungkan logika dan merangki kata-kata jika ada yang masih amburadul.

Sementara itu 10 jengkal di belakangku terdengar suara riuh-rendah dan teriakan-teriakan. Kali ini bahasanya beda jika tadi Melayu kini Inggris dan bahasa kumbang. Sengau...tak jelas apa yang dimaksud. Suara yang keluar dari tv 24 inci itu adalah para penonton di tribune dan komentator yang menyaksikan langsung pertandingan antara Arab Saudi melawan Jepang di lapangan hijau.

Minggu, 29 Juli pukul 17.20, dua negara minyak-Irak dan Arab Saudi-akan berebut sebagai kampium raksasa sepak bola Asia. Pertandingan tersebut akan digelar di Stadion Gelora Utama Bung Karno yang kembali disiarkan langsung GlobalTV. Tepukan tangan, hentakan kaki, teriakan, sumpah serapah, kletak-kletok bunyi jari-jemari mengetuk keyboard komputer kembali akan beradu. □

Thursday, July 26, 2007 |

1 komentar:

Anonymous said...

Akhirnya Irak-negeri seribu satu malam-menggulung Arab Saudi. Negeri minyak itu takluk 1-0 pada babak kedua.

Kemenangan disambut rakyat Irak dengan turun di jalan. Mereka menembakkan senjata ke udara untuk meluapkan kegembiraan. Bahkan keturunan Irak yang bermukim di AS juga turun di jalan.

Ini satu bukti negara dengan banyak persoalan dan perang berkecamuk masih bisa menang. Indonesia kapan?

Publikasi

Kategori

Powered By Blogger

Total Pageviews