Optimalkan APEKSI dan ICE 2007

Suatu peristiwa langka saat Pontianak menjadi tuan rumah Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemerintahan Kota seluruh Indonesia (Rakernas Apeksi) yang dilanjutkan dengan Indonesia City Expo (ICE) 2007. Kesempatan tersebut digunakan sebaik-baiknya, mulai dengan menyiapkan acara, mendatangkan menteri serta melayani para peserta. Perhelatan akbar ini dibuka di Pontianak Convention Centre (PCC) pukul 19.00, Senin (12/7).

Acara dilanjutkan dengan ramah-tamah yang terdiri dari berbagi kegiatan. Diantaranya: pembukaan, tarian selamat datang, makan malam, sambutan Walikota Pontianak, Buchary A Rahman, sambutan Ketua Apeksi dr H Jusuf SK, launching City Net Indonesia, penyerahan cendramata dan hiburan tarian multi etnis serta music live.
“Kegiatan ini merupakan kehormatan bagi Kota Pontianak. Sebab sebagai tuan rumah Rakernas Apeksi Indonesia City Expo (ICE) 2007 yang diselenggarakan 5 hari sejak 13-17 Juni tak semua kota bisa menjadi tuan rumah,” kata Walikota Buchary A Rahman saat ditemui Tribune.

Pada kesempatan tersebut hadir pula Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM), Suryadarma Ali dan Menteri Pekerjaan Umum, Joko Kimanto serta Dirjen Cipta Karya dan Penataan Khusus Perkotaan.

Pontianak diberikan kesempatan untuk memberikan pemaparan tiga pokok bahasan. Yaitu Air Bersih, Kesehatan dan Kebersihan. Ia melihat selama ini ada semacam paradigma bahwa sampah itu kotor. Tapi kalau diatur dengan baik justru mendatangkan uang. Misalnya saja kerja sama antara Gikoko dan Pemkot untuk menangkap gas metan dan bisa hasilkan uang triliunan.

Sementara itu untuk memberikan pelayanan yang maksimal, Pemkot diantaranya menyiapkan 90 Kamar Kelas VIP. Bahkan persiapan tersebut sejak Januari lalu. Kamar-kamar tersebut diperuntukkan bagi menteri, dirjen, walikota serta pejabat esselon lainnya.

Masuk pada sesi diskusi panel semua Walikota memaparkan keberhasilan dalam pembangunan. Peserta juga menyampaikan berbagai topik, di antaranya optimalisasi peran sektoral terhadap penanggulangan kemiskinan perkotaan.

Kesempatan sebagai tuan rumah tersebut digunakan Pemkot Pontianak untuk memperkenalkan pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Batu Layang dengan investor dari Jepang, PT Gikoko Kogyo melalui sistem pembakaran gas methan untuk mendapatkan sertifikasi pengurangan emisi gas (CER) oleh `Clean Development Mechanism` (CDM) atau mekanisme pembangunan bersih standar ISO (international standard organization), katanya.

Pelayanan lain yang diberikan oleh Pemkot Pontianak diantaranya memberikan `food security` (keamanan makanan) bagi 500 para tamu yang akan menghadiri Raker APEKSI selama dua hari. Kota Pontianak juga diberikan kesempatan untuk memberikan pemaparan tiga pokok bahasan. Yaitu Air Bersih, Kesehatan dan Kebersihan.

Bahkan agar peserta APEKSI dan ICE 2007 merasa aman dan nyaman, Pemerintah Kota Pontianak bekerja sama dengan pihak swasta memberikan pelayanan terbaik diantaranya dengan meningkatkan pengamanan saat berlangsungnya dua kegiatan tersebut.
Pengamanan dimaksud dipusatkan pada penginapan, makanan dan kesehatan para peserta Rakernas. Wali Kota Pontianak, Buchary A. Rahman, kepada Tribune, mengatakan, pengamanan terhadap makanan (food security), ditangani Dinas Kesehatan Kota Pontianak.

“Dinas kesehatan melakukan pemantauan makanan dan minuman secara ketat ke tiap-tiap hotel dan catering yang terlibat dalam kegiatan Rakernas Apeksi dan Pameran. Kita tak mau nanti ada yang keracunan atau sakit perut atau keluhan lain karena disebabkan makanan,” terang Buchary.

Persoalan air bersih dan penginapan, ia mengatakan pihaknya sejak Januari telah melakukan antisipasi. Buchary yakin Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Pontianak telah melakukan pengamanan secara maksimal, bahkan tak segan-segan ia minum air ledeng produksi PDAM langsung dari krannya di Ayani Mega Mall.

Upaya ini untuk semacam bentuk penghargaan kepada PDAM yang berhasil dengan program air bersih dan management, mengurangi kebocoran, serta utang piutang. Di hotel pun, tempat para tamu beristirahat dilakukan pengamanan ketat. Hotel yang mendapatkan pengamanan itu antara lain, Hotel Kini, Santika, serta beberapa hotel pendukung lainnya, seperti Hotel Gajah Mada, Kapuas Dharma, Kapuas Palace, Merpati, Garuda, Peony, asrama haji dan lainnya.

Perhelatan akbar kali ini juga didukung oleh stakeholder lainnya. Poltabes Pontianak misalnya melakukan pengamanan baik secara terbuka maupun tertutup. “Kami jelas akan menjaga jangan sampai terjadi hal-hal tak diinginkan. Bagaimanapun kegiatan ini berada di wilayah hukum Poltabes Pontianak,” kata Wakapoltabes, AKBP Andi Musa.
Lokasi-lokasi yang menjadi pusat kegiatan, misalnya di Ayani Mega Mall sebagi tempat pameran ICE 2007 dan Pontianak Convention Center (PCC) sebagai lokasi seminar serta lokasi-lokasi penginapan para tamu dijaga aparat keamanan. “Kita tidak melihat berapa jumlah yang diturunkan, yang kami pikirkan kerawanan saat kegiatan dilakukan,” kata Andi saat diwawancarai Tribune.

Sementara itu kesempatan pameran di Ayani Mega Mall juga digunakan Pemkot untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dinas kependudukan Catatan Sipil (Dukcapil), misalnya memberikan pelayanan pembuatan akta kelahiran secara gratis.

Masyarakat sangat antusias menyerbu pembuatan akta gratis tersebut. Hari pertama saja puluhan pengunjung mendatangi stan tersebut. Tujuan kedatangan mereka ada yang sekadar untuk menanyakan persyaratan dan ada juga yang langsung mendaftarkan diri untuk pembuatan akta gratis. Selama dua hari saja, masyarakat yang mendaftar sudah berjumlah sekitar 33 orang.

Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan Dukcapil, masyarakat yang dilayani untuk pembuatan akta kelahiran gratis dari usia 0-18 tahun. Namun menurut Kepala Seksi Kelahiran Kematian dan Pengesahan Anak Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Djoko Haryanto, kebanyakan usia yang mendaftar diatas ketentuan.

Pelayanan pembuatan akta kelahiran gratis tersebut tetap menggunakan persyaratan. Persyaratan itu antara lain, persyaratan pendukung seperti surat keterangan dari rumah sakit, akta nikah atau perkawinan dan surat bukti kewarganegaraan. Untuk syarat wajib meliputi kartu tanda penduduk (KTP) orang tua, Kartu Keluarga (KK) dan suara keterangan atau pengantar dari kelurahan.

Bagi mereka yang usianya sudah lebih 18 tahun, joko mengarahkannya ke Kantor Catatan Sipil. Selain itu, mereka yang berusia lebih dari 28 tahun akan dikenakan biaya.
Besar biaya yang harus dikeluarkan warga yang mengurus KK dibedakan berdasarkan umur dan status. Mereka yang berusia lebih tua atau berstatus anak pertama akan dikenakan biaya yang lebih besar. Ia punya pengalaman tersendiri terkait pelayanan tersebut. “Banyak orang dari kabupaten yang mau mendaftar. Namun kita tolak sebab ini diperuntukkan bagi masyarakat Kota Pontianak,” kata dia.

Mengapa PT Gikoko mau memfasilitasi Kota Pontianak untuk mengurusi sampahnya? Semua itu berdasarkan Protokol Kyoto. Dimana negara-negara maju diwajibkan mengurangi emisi gas rumah kaca yang dapat menyebabkan meningkatnya pemanasan global.

Berangkat dari itulah pada tahun 1993 , Jepang dan Hongkong mendirikan sebuah perusahaan yang bernama Gikoko Kogyo Indonesia di Jakarta yang bergerak dalam bisnis Manufacturing dan Engginering. Selanjutnya perusahaan ini aktif mencari mitra untuk proyek Clean Development Mechanism (CDM) atau yang lebih dikenal dengan mekanisme pembangunan bersih.

Proyek ini bertujuan menurunkan emisi gas rumah kaca yaitu dengan melakukan pembakaran gas metana yang dihasilkan dari sampah. Dalam implementasi program ini PT. Gikoko telah melakukan penanda tangangan Memorandum Of Understanding (MOU) dengan Pemerintah Kota Pontianak pada 26 juli 2006 lalu untuk penerapan sistem Landfill Gas Flaring. MOU ini dilanjutkan dengan perjanjian kerjasama pada 18 Januari 2007 dengan model kontrak kerja selama 21 tahun.

Pada dasarnya tumpukan sampah akan mengeluarkan gas metana yang tampak seperti asap. Gas tersebut merupakan hasil penguraian an aerob yang dibantu oleh sejumlah bakteri. Gas metana ini merupakan salah satu gas yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. Maka salah satu upaya untuk mengurangi pemanasan ini perlu dilakukan pembakaran pada gas metana hasil penguraian sampah tersebut.

*Teks Foto: Tower Pengolahan Sampah kerja sama antara Pemkot Pontianak dan PT Gikoko di TPA Batu Layang. Proyek ini menjual emisi gas metan kepada negara-negara maju. (Foto: Lukas B Wijanarko)

Saturday, June 16, 2007 |

0 komentar:

Kategori

Powered By Blogger

Total Pageviews