Kursus Jurnalisme Sastrawi XII

Jika tak ada aral melintang pertengahan bulan ini (18 - 29 Juni 2007) aku mendapat kesempatan mengikuti Kursus Jurnalisme Sastrawi Angkatan XII yang digelar Pantau Foundation Jakarta. Bangga, gembira bercampur aduk, sebab kesempatan ini sudah lama aku tunggu-tunggu.

Bertemu dan berdiskusi langsung dengan Andreas Harsono, pengampu materi Jurnalisme Sastrawi yang pernah belajar genre ini di Nieman Fellowship on Journalism di Universitas Harvard serta co-editor buku Jurnalisme Sastrawi: Antologi Liputan Mendalam dan Memikat. Dan, Janet Steele, dari George Washington University, yang menulis buku Wars Within.

Aku sangat berterima kasih kepada Borneo Tribune, tempat aku bekerja yang memberikan kesempatan langka ini. Terutama kepada Pimpinan Redaksi yang juga 'guru' bagiku, Nur Iskandar, teman-teman redaktur, wartawan, serta para alumni Pantau Foundation yang selalu menyemangati dan memberikan dorongan.

Mereka adalah Muhlis Suhaeri penulis buku Benyamin S, Muka Kampung Rezeki Kota yang bisa melihat persoalan dari sudut yang berbeda dan tak lumrah, Hairul Mikrad yang memiliki kerja keras tinggi dan kuat untuk membesarkan Borneo Tribune yang seimbang dengan postur tubuhnya.

Kemudian kepada Asriyadi Aleksander Mering, teman sekaligus abang yang selalu menyemangati saat-saat aku mulai lemah. Kepada Tanto Yakobus, rekan, teman, sekaligus abang yang tak bosan-bosan mengingatkan kalau salah. Juga kepada Safitri Rayuni, teman sekaligus adik yang baru melepaskan masa lajangnya. Selamat menempuh hidup baru...he...

Serta kepada pak Dr Yusriadi, 'guru' bagi teman-teman semua. Tokoh panutan yang bisa melihat semua persoalan dengan sudut keilmuan.

Tak lupa kepada istri tercinta, Benedicta yang rela cuti kerja selama aku tak ada di Pontianak. Serta kedua anakku, Alicia Gita Bamula dan Castilo Gagas Panamuan. "Maaf selama dua minggu ini bapak tak bisa antar sekolah di TK Bruder Kanisius Siantan pakai motor. Terpaksa kalian berpanas ria dengan mamak pakai oplet dan jalan kaki. Jangan nakal ya! Belajar yang rajin biar tambah pintar...Ha..."


Sebelumnya saat di Pontinak saya juga pernah mengikuti kursus Jurnalisme Investigatif dan Etika Media dengan pengampu Roberta Baskin yang digelar Harian Equator-Jawa Post Media Group tempat dulu saya bekerja selama 4,4 tahun. Selain Roberta Baskin ada pembicara lain diantaranya: Prof Dr Ralph Barney, Dr Elias Tana Moning, Atase Pers Kedubes AS Stanley Harsha dan Dahlan Iskan.

Aku juga pernah ikut seminar, wartawan investigasi yang digelar Lembaga Pendidikan dan Studi Arus Informasi (LPS-Air) bekerja sama dengan Jari Borneo Barat difasiltasi Direkturnya, Faisal Risa, senior saya di Lembaga Pers Mimbar Untan (LPMU). Diantara pemateri ada dari Tempo, Romy Fibri. Pelatihan pemantauan pemilu wartawan se-Kalimantan yang digelar atas kerjasama antara LPS-Air dan Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) diantara pemateri adalah Hanif S, I Made Suardjana (redaktur Gatra) dan lainnya. Serta pelatihan dan kursus yang lain-lain tenatng Jurnalisme yang aku sudah lupa.

Tapi kali ini aku rasa cukup berbeda, sebab aku sudah baca beberapa karya Naratif Reporting. Rugi rasanya kalau sempat tak jadi.

Oh ia kembali ke kursus Jurnalisme Satrawi XII, berikut tulisan Bang Andreas Harsonoyang aku ambil dari weblognya

Silabus Kursus Jurnalisme Sastrawi XII

Jakarta, 18 – 29 Juni 2007


Hari ini hampir tak ada warga yang mendapatkan breaking news dari suratkabar. Mereka mendapatkannya kebanyakan dari televisi, radio, SMS, telepon atau internet. Tantangan baru muncul: Bagaimana suratkabar bertahan bila mereka tak bisa lagi mengandalkan kebaruan?

Sebuah jawaban dimunculkan di New York dan sekitarnya oleh Tom Wolfe pada awal 1970an. Wolfe mengenalkan sebuah genre baru: New Journalism. Ia mengawinkan disiplin keras dalam jurnalisme dengan daya pikat sastra. Ibarat novel tapi faktual. Genre ini mensyaratkan liputan dalam namun memikat. Wolfe bikin riset dengan materi-materi lama guna menawarkan jawaban ini.

Genre ini kemudian dikenal dengan nama “narative reporting” atau “literary journalism.” Sejak 1980an, suratkabar-suratkabar di Amerika banyak memakai elemennya ketika kecepatan televisi membuat suratkabar tampil dengan laporan mendalam.

Pantau Jakarta mulai mengajarkan genre ini pada 2001. Pesertanya, 15 orang dengan anggapan mereka bisa optimal. Kursus ini kini berlangsung per semester, Januari dan Juni. Ia diadakan selama dua minggu, frekuensinya Senin, Rabu dan Jumat, masing-masing dua sesi sehari. Jeda satu hari dimaksudkan buat membaca dan membuat pekerjaan rumah.

Ia diampu oleh Janet Steele dari George Washington University, yang menulis buku Wars Within, serta Andreas Harsono dari Pantau, yang pernah belajar genre ini di Nieman Fellowship on Journalism di Universitas Harvard serta co-editor buku Jurnalisme Sastrawi: Antologi Liputan Mendalam dan Memikat. Dayu Pratiwi mengurus logistik, administrasi dan pendaftaran.

MINGGU PERTAMA oleh Janet Steele Senin, 18 Juni 2007 pukul 10:00-12:00 -- Pembukaan: membicarakan silabus, perkenalan, bagi tugas, dan diskusi tentang jurnalisme sastrawi, tentang prinsip-prinsip dasar dalam melakukan reportase, membedakan mana yang fakta dan mana yang fiksi, kriteria dari gerakan “literary journalism.”

Bacaan: “Kegusaran Tom Wolfe” oleh Septiawan Santana Kurnia; “The Girl of the Year” oleh Tom Wolfe; “Dua Jam Bersama Hasan Tiro“ oleh Arif Zulkifli; “A Boy Who Was Like a Flower” oleh Anthony Shadid.

Senin, 18 Juni 2007 pukul 13:00-15:00 -- Diskusi lanjutan tentang definisi jurnalisme sastrawi, dari Tom Wolfe hingga Mark Kramer, dan pengaruhnya pada perkembangan suratkabar mainstream di Amerika Serikat.

Tugas untuk Rabu: Rekamlah pembicaraan dengan seorang teman, anggota keluarga, atau seorang nara sumber. Jadikan ia sebuah monolog. Buat transkripnya, lalu disunting sehingga enak dibaca. Topiknya bisa apa saja tapi cari yang bisa memikat pembaca. Contohnya, “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft” oleh Chik Rini. Mohon tak membuat lebih panjang dari 500 kata agar semua peserta bisa mendapat bagian membacakan karyanya di kelas.

Rabu, 20 Juni 2007 pukul 10:00-12:00 -- Diskusi tentang pekerjaan rumah yang dibuat berdasarkan “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft.”

Bacaan: “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft” oleh Chik Rini; sebagian dari buku “In Cold Blood” karya Truman Capote dan kliping dari harian The New York Times pada 1959 “Wealthy Family, 3 of Family Slain.”

Rabu, 20 Juni 2007 pukul 13:00-15:00 -- Diskusi tentang immersion reporting berdasarkan karya Truman Capote “In Cold Blood” serta membandingkannya dengan “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft.”

Tugas untuk Jumat: Tulislah sebuah narasi dengan gaya orang pertama (“saya” atau “aku” atau “abdi” atau ”gua” atau lainnya) untuk menggambarkan sebuah adegan. Gunakan model “The Armies of the Night” karya Norman Mailer dimana Mailer memasukkan dirinya dalam laporannya. Bahan ini akan dibacakan di depan kelas.

Jumat, 22 Juni 2007 pukul 10:00-12:00 -- Diskusi tentang pekerjaan rumah yang dibuat berdasarkan “The Armies of the Night” serta persoalan kata “saya.”

Bacaan: “Tikungan Terakhir” (laporan kematian wartawan Rudi Singgih) oleh Agus Sopian; “It’s an Honor” oleh Jimmy Breslin dan “The Armies of the Night” karya Norman Mailer.

Jumat, 22 Juni 2007 pukul 13:00-15:00 -- Diskusi tentang persoalan struktur narasi, dan bagaimana memanfaatkan narasi dalam berita hangat (breaking news) dengan contoh “Tikungan Terakhir” oleh Agus Sopian dan “It’s an Honor” oleh Jimmy Breslin.

MINGGU KEDUA oleh Andreas Harsono
Senin, 25 Juni 2007 pukul 10:00-12:00 -- Diskusi soal jurnalisme dengan The Elements of Journalism karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel. Mencari tahu di mana letak jurnalisme sastrawi. Diskusi tentang persoalan etika, pengelolaan emosi pembaca dan sebagainya.

Bacaan: “The Elements of Journalism” karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel; “Media Bias in Covering the Tsunami in Aceh” karya Andreas Harsono. Buku Sembilan Elemen Jurnalisme terjemahan karya Kovach dan Rosenstiel disediakan dalam paket.

Senin, 25 Juni 2007 pukul 13:00-15:00 -- Diskusi lanjutan soal jurnalisme dan nasionalisme, jurnalisme dan agama, jurnalisme dan etnik, ideologi, gender, dengan contoh-contoh di Indonesia.

Bacaan tambahan: “The Ethnic Origins of Religious Conflict in North Maluku Province, 1999-2000” oleh Chris Wilson, “Indonesia’s Unknown War and the Lineages of Violence in West Kalimantan” oleh Jamie S. Davidson dan Douglas Kammen, “Patterns of Collective Violence in Indonesia (1990-2003)” oleh Ashutosh Varhney, Rizal Panggabean, Mohammad Zulfan Tadjoeddin.

Tugas untuk Rabu: Bikinlah deskripsi dengan padat. Manfaatkan indra penciuman, pendengaran, warna, gerakan, kasar-halus, kontras (lucu, aneh, menarik) dan sebagainya. Hindarkan klise macam “nyiur melambai” atau “angin sepoi-sepoi.” Bikin deskripsi yang akan merampas perhatian pembaca! Maksimal 500 kata.

Rabu, 27 Juni 2007 pukul 10:00-12:00 -- Diskusi struktur narasi dengan contoh “Hiroshima” karya John Hersey. [Andreas Harsono]

Bacaan: “Hiroshima” oleh John Hersey; “Menyusuri Jejak John ‘Hiroshima’ Hersey”oleh Bimo Nugroho.

Rabu, 27 Juni 2007 pukul 13:00-15:00 — Satu isu namun muncul dalam empat pendekatan. Isunya Aceh namun muncul dengan empat naskah, empat gaya, empat struktur. Perhatikan perbedaan masing-masing struktur. Perhatikan masing-masing "tokoh cerita."

Bacaan: “Orang-orang di Tiro” karya Linda Christanty; “Kejarlah Daku Kau Kusekolahkan” karya Alfian Hamzah; “Republik Indonesia Kilometer Nol” karya Andreas Harsono; “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft” karya Chik Rini.

Jumat, 29 Juni 2007 pukul 10:00-12:00 -- Mendiskusikan pekerjaan rumah, sumber anonim, referensi kedua, interview dan diskusi soal struktur.

Bacaan: “Tujuh Kriteria Sumber Anonim” serta “Ten Tips for Better Interviews.”

Jumat, 29 Juni 2007 pukul 13:00-15:00 -- Penutupan serta tanya jawab. Diskusi struktur bila ada peserta yang punya rencana bikin liputan panjang. Penyerahan sertifikat oleh Andreas Harsono.

Tuesday, June 12, 2007 |

0 komentar:

Kategori

Powered By Blogger

Total Pageviews