Corat-Coret, Nikmati Kelulusan

Setiap tahun untuk merayakan kelulusannya para siswa terutama SMA selalu mencoret-coret seragam. Tak pilih laki-laki atau perempuan, aksi ini biasanya dilanjutkan dengan pawai di jalan raya.

Pemandangan serupa kembali terjadi di Pontianak kemarin pagi hingga siang, Sabtu (16/7). Ribuan siswa SMA dan SMK turun di jalan dan pawai di jalan-jalan. Diantaranya ada yang berdiri diatas motor. Tentu saja perbuatan seperti ini tidak baik. Sebab akan menganggu para pengguna jalan lain. Sebab masih banyak yang akan berangkat kerja atau melakuakn aktivitas lain. Belum lagi jalan-jalan kota Pontianak umumnya kecil dan sempit. Sementara kepadatannya hampir sampai di gang-gang.

href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5N9DjzRKElyrdZlL5sjZOrrTVXaZX94NIhM5BN5bEUsNN_x-RjXo5YNNHxnPe-csAD-MctQKyKNf9HVrK9q_ftu97sZfDVxN00iWpiywyB0uNmYViv5BNaY_yjihmTUWgwZk653XnAEk/s1600-h/160607+pengumuman+sma+by+lukas+(26).jpg">Tahun ini nilai rata-rata yang harus dipenuhi peserta UAN adalah 5, jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang rata-ratanya 4,5.
Sementara itu untuk tingkat SMK secara keseluruhan siswa yang terdaftar sebagai peserta UAN berjumlah 9,596 peserta yang lulus berjumlah 7237 atau 76,51 persen, sedangkan yang tidak lulus 2359 atau sekitar 23,59 persen.

Untuk tingkat Madrasah Aliyah (MA) yang terdaftar sebagai peserta UAN berjumlah UAN adalah 3.396 peserta. Dari jumlah tersebut yang lulus adalah 2239 siswa atau 65,93 persen, sedangkan yang tidak lulus 1157 atau 34,07 persen.

Tahun ini SMAN 3 Pontianak mengukir prestasi baik. 100 % dari 191 siswa sekolah yang beralamat di Jl WR Supratman dinyatakan lulus. Bahkan jurusan IPA ada 10 siswa yang masuk peringkat besar, nilai tertinggi disandang Charles Darwin Hariman dengan jumlah nilai 28,20 atau rata-rata 9,4. disusul Paula Arista, 27,73, Radian Azimi 27,20, Sri Retno Wulandari Amanda, 27,20, Renta Arta Christy Sitorus, 27,07, Nurhayati Nasyidah, 27,00, Wulan Trigitani Sijabat, 26,87, Eni Setianingsi, 26,80, Tari Mardiana, 26,80 dan Kardiyansah, 26,73.

Sedangkan sepuluh besar untuk jurusan IPS, rangking pertama ditempati Rangga Pahlevi dengan nilai rata-rata 27,85, disusul Petrus Agung Nugroho, 27,50, Wenti Ari Melur 27,15, Faris Presetyo Utomo 27,05, Yohanes Adi Nugroho, 27,05, Dicky Koesidrajit, 27,00, Levi Ponti Yuditia, 26,95, Dina Liunata 26,75, Santi Novianti Lestari, 26,75 dan Eva Rosalin 26,60.

Tahun ini bahkan ada lima siswa yang memperoleh nilai 10. Jurusan IPA bidang studi Matematika dan jurusan IPS bidang studi Bahasa Inggris. Untuk jurusan IPA bidang studi Bahasa Inggris diraih Yohanes Adi Nugroho dan Petrus Adi Nugroho. Kedua siswa ini kembar. Selanjutnya untuk IPS bidang studi Bahasa Inggris, nilai 10 diraih Carles Darwin Hariman, M. Sabli dan Tari Mardiana.

Jika melihat cara siswa-siswi SMA dan sederajat ini merayakan kelulusan, maka aku juga ingat saat-saat aku masih sekolah dulu. Tahun 2006, lulus dari SMA St Paulus Nyarumkop, Singkawang . Saat itu belum ada UAN, meskipun kelihatannya agak ringan namun berat juga. Kami yang diujikan ada 6 mata pelajaran, hasilnya disebut dengan Nilai Evaluasi Murni (NEM). Untuk jurusan A3 (Sosiologi) maka yang diujikan PMP, Bahasa Indonesia, Sosiologi dan Antropologi, Matematika, Ekonomi dan Tata Negara. Sedangkan Jurusan A1 (Fisika) ditambah dengan mata pelajaran Fisika dan Kimia, A2 (Biologi) ditambah dengan mata pelajaran Biologi dan A4 (Bahasa) ditambah dengan Bahasa Indonesia (kalau tidak salah. Mohon dikoreksi).

Soal corat-coret sejak saya sekolah dulu memang sudah ada. Bahkan yang ada sekarang warisan dari generasi sebelumnya. Hanya saja karena kami di lingkungan seminari, sekolah calon pastor maka suasana agak berbeda. Ya saat itu kami hanya coret-coret sedikit. Tidak kebut-kebutan.

Sebab sekian lama tak pulang kampung, rindu juga cepat-cepat pulang. Kami berasal dari semua kabupaten/kota di Kalbar. Aturan bapak asrama, biasanya pastor atau bruder kami boleh keluar lingkungan hanya minggu pertama bulan. Selebihnya harus ada di asrama. Kalau ketahuan maka ada hukumannya. Bahkan bisa dipanggil orang tua.

Usai mendengar kelulusan, kami langsung berkemas pulang. Mengemasi barang-barang di lemari pakaian. Mewariskan piring, sedndok, ember, tempat sabun, centong dan lain-lain yang rombeng. Bahkan ada kalanya menjual buku cetak yang habis dipakai.
Namun saat itu ada juga peristiwa lucu. Sebagian kami yang tak buru-buru pulang masih tinggal asrama. Saat itu kami ada yang namanya gudang, yaitu tempat lemari-lemari buku. Malam hari selepas ibadat malam, pintu sudah dikunci kebetulan Pastor Blasius Blino Pr, dari Flores sedang ke Pontianak. Malam itulah teman-teman makan dan minum sepuasnya. Bahkan kami juga beli arak di kampung hingga sebagaian ada yang mabuk. Ha....

Kini kenangan itu sangat indah. Masa-masa di SMA begitu indah untuk dikenang. Di sebuah asrama dan kompleks persekolahan tepat di kakai gunung poteng terdiri dari SD, SMP, SMA dan SMK dengan asrama Seminari (Widya), asrama Bhineka untuk SMK dan SMA, asrama Rini atau Sekabu untuk siswa putri SMP dan SMA serta Timonong untuk SMP Putra. Ada gereja paroki besar untuk sembahyang malam Kamis dan hari Minggu serta Kapel (gereja kecil) untuk siswa seminari didepan asrama Widya.

Belum lagi alamnya yang masih asri. Mandi pagi sekitar pukul 04.00 tulang menggigil. Bahkan rasanya seperti masuk dalam kulkas. Saat itu pukul 08.00 pagi bahkan kabut masih menyelimuti sebagain besar komplek persekolahan.

Kembali kepada soal kelulusan. Setiap orang tentu saja memiliki hak yang sama untuk menikmati kelulusan itu dengan cara masing-masing. Namun harus dipikirkan ada hak orang lain yang bersinggungan dengan hak kita dan itu harus dihormati. Jika tidak maka akan menyebabkan ketidakharmonisan dan gesekan-gesekan.

Saat ini mungkin sudah saatnya para siswa SMA atau SMK mencari model lain untuk menumpahkan kegembiraan setelah lulus sekolah. Ada cara-cara lain yang lebih bijak dan tepat. Belum lagi setelah tamat mau kemana? Melanjutkan sekolah ke mana. Ini lah masa-masa sulit untuk memilih. Sama seperti aku dulu. Apakah akan kuliah di perguruan tinggi umum atau melajutkan di Seminari Tinggi Pematang Siantar Sumatera Utara. *

*Teks Foto: Ada sedih ada duka, siswa SMA merayakan kelulusannya. (Lukas B Wijanarko)

Sunday, June 17, 2007 |

0 komentar:

Kategori

Powered By Blogger

Total Pageviews